Year-End List: Film Sci-Fi dan Fiksi Paling Keren di Tahun 2018!Year-End List: Film Sci-Fi dan Fiksi Paling Keren di Tahun 2018!

Realita mungkin terlalu berat untuk dijalani, terkadang dunia fiksi dan sains-fiksi bisa dijadikan alternatif hiburan bagi kita yang telah penat ditanya “kapan lulus?”, “kapan kawin?” atau “kapan kerja?”. Kami mengumpulkan beberapa judul film bergenre sains fiksi dan fiksi yang bisa jadi pengalihan sementaramu ke dunia lain nun jauh di sana. Tahun 2018 diwarnai beberapa judul yang menakjubkan, biasa saja, sampai yang cukup tau saja. Yuk, catat daftar film di bawah ini yang bisa kamu nikmati sambil menunggu beberapa judul rilisan yang akan keluar di tahun 2019.

Jujur saja, film ini awalnya tidak kami sangka akan begitu bagus. Memadukan teknik animasi 2D dan 3D, Spiderman: Into The Spiderverse menceritakan pengalaman seorang anak SMP berkulit hitam bernama Miles Moralez yang digigit laba-laba radioaktif ketika sedang menggambar graffiti. Hidup di New York dengan Peter Parker sebagai Spiderman, Miles tidak menyangka bahwa dirinya juga akan menjadi seorang Spiderman. Parker meninggal saat menggagalkan misi seorang mafia bernama Kingpin yang sedang uji coba teknologi lintas waktu dan dimensi. Teknologi ini nantinya bisa menelan seluruh isi dunia serta mengacaukan sistem yang telah ada. Mampukah Miles yang masih belia mengemban misi super penting ini? Simak ulasan kami selengkapnya di sini. Psst, detail animasi di film ini bisa membuat kamu melongo saking epic-nya!

Apakah kamu termasuk seseorang yang doyan main game online? Menonton “Ready Player One” seakan merealisasikan semua mimpi gamers di dunia. Menggunakan teknologi super canggih dan memanfaatkan VR (Virtual Reality), seorang pemain bisa hidup dan memainkan berbagai games di berbagai belahan dunia dan bisa menjadi siapa saja, kapanpun, dimanapun. Memadukan teknik live action dan animasi, “Ready Player One” benar-benar mendebarkan dari awal hingga akhir dengan beberapa twist yang cukup mengejutkan. Masih penasaran dengan film ini? Coba baca dulu ulasan kami di sini.

Franchise “Transformers” sempat ternoda beberapa waktu lalu dengan sekuel yang sangat membosankan serta spin-off yang tidak perlu dibuat (maaf Mark Wahlberg, tapi “Transformer” versimu benar-benar bikin ngantuk). Kisah yang diadaptasi dari manga dan serial animasi Jepang ini mendapatkan nafas baru dengan spin-off dari “Bumblebee”. Dibintangi oleh Hailee Steinfeld dan mengambil latar belakang tahun 80-an, awal hancurnya planet Cybertron dan kaburnya Autobots ke bumi. Prajurit B-127 atau kemudian dikenal sebagai Bumblebee bersembunyi di bumi dengan menyamar sebagai mobil VW jadul yang akhirnya dikendarai oleh Charlie. Bagaimana chemistry antara robot dan manusia di sini? Superb! Belum lagi banyaknya lagu ala 80-an yang mewarnai seluruh film. Simak review dari penulis The Display lebih lengkap di artikel ini.

Ada yang bilang sekuel dari film sains-fiksi era 80-an yang dibintangi Harrison Ford ini terlalu membosankan dan mudah ditebak. Tapi, bagi yang penasaran dengan nasib Replicant dan Detektif Deckard setelah mereka kabur dan membelot, film ini amat dinanti. Dennis Villeneuve, sang sutradara memasang Ryang Gosling sebagai Detektif K sebagai tokoh utama. Diciptakan khusus untuk berperan sebagai detektif, K yang bertugas menyelidiki kasus Replicant pembelot justru bimbang setelah mengetahui ada sesuatu yang janggal dan sengaja ditutupi oleh pihak berwajib mengenai Replicant seri tersebut. Bagi kalian yang belum menonton “Blade Runner”, kami sarankan untuk menonton film tersebut terlebih dahulu agar paham konteks dan cikal bakal sekuel yang ada di “Blade Runner 2049”.

  • Incredibles 2

Butuh belasan tahun untuk The Incredibles menelurkan sekuel keduanya, namun semua penantian tersebut terjawab dengan memuaskan! Keluarga yang berkekuatan super tersebut tidak lagi bisa menggunakan kekuatannya atau menjadi superhero setelah pemerintah memberlakukan pengasingan terhadap mereka yang menggunakan kekuatan super dengan semena-mena. Menjadi pekerja kantoran sepertinya adalah opsi aman bagi Bob alias Mr. Incredibles, namun Helen alias Mrs. Incredibles diam-diam tak sabar untuk beraksi memberantas kriminalitas. Sebuah organisasi menawarkan sang Elastic Girl untuk kembali beraksi untuk mengembalikan nama baik superhero dan menganulir kebijakan pemerintah. Film ini memiliki humor renyah yang seru, pace yang pas untuk ditonton bersama keluarga, hingga kejutan-kejutan yang mengagetkan. Tonton trailernya di sini!

Scott Lang (Ant-Man) yang menjadi tahanan rumah setelah mengacaukan misi terakhirnya di film pertama harus puas mendekam di rumah dan menjadi bapak rumah tangga. Mantan kriminal ini dilarang untuk menggunakan teknologi yang membuatnya bisa mengecil dan menjadi Ant-Man. Awalnya ia tidak masalah dan mempunyai bisnis sampingan sebagai konsultasn keamanan, sampai suatu saat ia seperti masuk ke dalam alam mimpi yang mempertemukan ia dengan Hope Van Dyne, wanita yang memberinya teknologi kostum Ant-Man. Hope Van Dyne dan ayahnya, Dr. Hank Pym sengaja bersembunyi dari kejaran FBI diam-diam mengembangkan teknologi untuk transportasi ke alam sub-atomic di mana ibu Hope diyakini hilang di dalamnya. Scott mau tidak mau menawarkan bantuannya yang justru memunculkan musuh baru. Oh ya, timeline film ini terjadi pasca perang Avengers di Sokovia dan tepat sebelum Thanos memusnahkan separuh populasi jagat raya. Pendapat The Display tentang film ini bisa kamu baca di tautan ini.

  • Sorry To Bother You

Film fiksi/sains-fiksi indie satu ini menawarkan premis yang pernah dijadikan kekuatan cerita dari “Blackkklansman”. Cassius Green seorang telemarketer kulit hitam yang tinggal di California disarankan untuk menggunakan suara ‘kulit putih’-nya untuk menawarkan produk. Tidak disangka, trik ini menuai kesuksesan yang membuat dia semakin kaya raya. Ia dipromosikan menjadi Power Caller yang berhak menempati suite mewah, tapi dengan satu syarat, ia tetap menggunakan aksen dan gaya ‘kulit putih’nya. Perusahaan yang awalnya dia anggap menjual jasa telemarketing ternyata menjual senjata api. Dari sini, plot cerita makin menarik dengan politik kantor yang juga ada di dalamnya. Film ini dibintangi oleh Lakeith Stanfield dan Tessa Thompson. Simak trailer-nya di sini terlebih dulu ya!

Memasukkan “Aquaman” jadi salah satu film sci-fi terbaik di tahun 2018 bisa jadi pilihan yang sungguh kontroversial. Mengingat kami hanya menempatkan “Avengers: Infinity War” di sub-list di bawah ini. Tetapi ada beberapa alasan yang membuat kami memutuskan bahwa “Aquaman” bisa masuk ke daftar ini. Film ini lepas dari kutukan DC Comics yang hype-nya selalu tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah “Justice League” yang cukup mengecewakan, “Aquaman” ini sedikit demi sedikit memberi kami harapan pada masa depan film-film superhero garapan DC Comics dan Warner Bros. Jason Momoa seperti sudah ditakdirkan menjadi Aquaman sejak lahir. Tidak ada komplain dari segi cerita ataupun aktor, namun efek visual di film ini sepertinya bisa ditingkatkan lagi agar lebih meyakinkan.

Terlihat Seru, Eh Tapi Biasa Aja…

“Mortal Engines” yang diangkat dari novel dengan judul yang sama bercerita tentang dunia pasca alam mengalami kerusakan parah dan berada pada titik yang tidak bisa diperbaiki kembali. Manusia pun dipaksa menempati mesin-mesin yang terus menerus berjalan untuk mencari sumber daya energi yang baru. Kota-kota besar pun pada akhirnya melahap kota-kota kecil dan mengambil alih sumber daya mereka. Premis dari film ini sebenarnya memukau apabila dieksekusi dengan baik, namun versi filmnya gagal menyampaikan imajinasi yang sama dengan versi novel. Cukup mengecewakan namun sedikit dibantu oleh teknik CGI yang apik.

Setelah sukses dengan film pertamanya, otomatis ekspektasi kami terhadap sekuelnya cukup tinggi. Sayang sekali “Pacific Rim Uprising” kurang memuaskan dari segi cerita dan efek visual. Budget fantastis sebesar 140 jutar dollar AS pun terasa sia-sia di seri mutakhir “Pacific Rim Uprising”.

“Maze Runner: The Death Cure” menjadi seri penutup petualangan Dylan O’Brien yang cukup dinanti-nantikan para penggemar novel ataupun versi layar lebarnya. Sayang sekali, kali ini pembangunan konflik yang kurang matang menjadi poin negatif bagi film yang disutradarai oleh Wes Ball tersebut.

  • Solo

Disney sepertinya memang suka mengeksploitasi franchise Star Wars mengingat massa pendukung fanatiknya yang begitu besar. “Solo” adalah film spin-off yang menceritakan tentang masa muda Han Solo sebelum ia aktif ikut dalam The Resistance. Jalan cerita dari film “Solo” sepertinya kurang mengandung esensi Star Wars yang kuat. Tidak menonton film ini pun, kamu tidak akan ketinggalan plot penting dalam jalan cerita utamanya.

Komentar kami ini memang bisa dianggap tidak populer mengingat fans berat Marvel pasti akan membela film ini mati-matian. Namun, “Avengers: Infinity War” terkesan menggantung dan kurang greget dari segi aksi pertarungan. Beberapa plot holes juga nampak di film pertama dari dua seri terakhir petualangan para Avengers tersebut. Meskipun begitu, menonton film ini terasa wajib jika kamu telah mengikuti perjalanan MCU dari awal.

Tidak semua film reboot mampu mengungguli film sebelumnya, termasuk “Jurassic World: Fallen Kingdom”. Jalan cerita yang lemah, terlalu banyaknya konflik manusia dibanding para dinosaurus membuat film ini tidak memenuhi harapan awal kami.

  • The Meg

Film “The Meg” bisa jadi sajian sains-fiksi berbudget rendah paling sukses di tahun 2018. Jalan ceritanya memang menegangkan, tapi efek visual yang kelihatan murah kadang menganggu konsentrasi kami saat menikmati filmnya. Meskipun meraih keuntungan yang lebih besar dari budget produksinya, beberapa elemen di “The Meg” membuat kami agak kurang bisa menikmatinya.

Cukup Tau, Tidak Perlu Dinikmati