Aquaman Film ReviewReview: “Aquaman” Sajikan Film Super Panjang dengan Cerita Lumayan

The Display sangat menghindari kata ‘lumayan’ atau ‘menarik’ dalam mendeskripsikan sebuah karya baik musik, film, ataupun lainnya. Namun kata itulah yang kami rasa paling tepat untuk menggambarkan “Aquaman” yang rilis serentak mulai hari ini di berbagai jaringan bioskop Indonesia. Film adaptasi dari DC Comics ini mengisahkan sosok Aquaman yang diperankan oleh Jason Momoa. Kami berkesempatan untuk menonton screeningnya terlebih dahulu kemarin malam dan tidak disangka filmnya berdurasi hampir dua setengah jam! Memang tidak lebih lama daripada “Batman vs. Superman”, namun tetap terasa lama dikarenakan beberapa hal. Film ini dirilis setelah Aquaman muncul di “Justice League” dan sekilas di “Batman vs. Superman” di mana penonton yang awam dengan sosoknya sedikit tahu bahwa ia memiliki kekuatan super untuk mengendalikan unsur-unsur laut serta ahli menggunakan trident, senjata mirip tombak dengan tiga ujung runcing.

Aquaman yang bernama asli Arthur Curry bukan murni berdarah Atlantis. Ia dikisahkan sebagai hasil perkawinan dari bangsawan Atlantis bernama Atlanna dengan seorang pria merupakan manusia bernama Thomas Curry. Setelah lahir, ia dibesarkan di bumi dan dilatih untuk menjadi ksatria, namun ia ditolak oleh Atlantis karena tidak memiliki darah murni. Meksipun begitu, ia berusaha keras untuk tetap melindungi kerajaan yang menolaknya tersebut dengan cara mencegah manusia untuk mengacaukan lautan, salah satunya ialah seorang perompak yang berusaha mengambil alih kapal selam nuklir yang kemudian mati karena Arthur. Di perjalanannya, upaya Arthur ini justru membuat geram sang kakak tiri, Raja Orm yang bertahta di Atlantis. Sebaliknya pihak manusia pun merasa Atlantis harus dihancurkan, sehingga timbul peperangan antar keduanya yang membuat Arthur sangat bimbang. Mera, putri dari kerajaan laut Xebel, berupaya menghentikan Raja Orm dan mencari Arthur yang dikucilkan di daratan agar menyelamatkan Atlantis dari kehancuran.

Aquaman Film Review
Raja Orm

Film yang disutradarai oleh James Wan ini memiliki keunggulan dari segi visualnya. Gambaran lautan yang mengesankan hingga beberapa lanskap daratan di bumi, digambarkan dengan tone warna yang cerah dan tajam. Kostum serta ornamen-ornamen dari kerajaan Atlantis juga tergambar secara detail, yang semakin memanjakan visual para penontonnya. Kami juga menyukai koreografi pertarungan yang disajikan. Angle-angle yang ditunjukkan tampak tidak biasa muncul di adegan-adegan sejenis. Di sini James Wan seperti bereksperimen untuk mengajak penonton memperhatikan pertarungan bawah laut yang seru dari angle berbeda. Tokoh antagonis yang ditampilkan juga memiliki dasar yang kuat, tidak seperti villain-villain film DC (villain Batman era Christopher Nolan tidak dihitung) sebelumnya yang kadang tiba-tiba muncul atau diciptakan dari zat-zat aneh. Apabila biasanya DC menampilkan sosok superhero dengan kekuatan absolut yang berasal dari extraterestrial, kali ini kami bisa relate lebih dekat kepada Aquaman yang notabene makhluk campuran yang juga memiliki sisi humanis.

Aquaman Film ReviewSayang sekali, selama 2 jam lebih tersebut, terlalu banyak flashback yang ditampilkan sehingga awal film terasa membosankan. Pertarungan antara Arthur dan King Orm mengingatkan kami pada pertarungan T’Challa dan Killmonger, ya mungkin saja karena “Black Panther” dirilis lebih dulu. Sedangkan pertempuran akbarnya mengingatkan kami pada perpaduan “Lord of The Ring” dan “Star Wars”, namun diubah settingnya menjadi bawah laut. Film ini kurang lebih menghibur dan memuaskan dari segi plot, namun kekurangan-kekurangan minor nampaknya juga mempengaruhi keseluruhan kualitas film yang bisa membuatmu gemas karena seharusnya bisa dibuat lebih baik.