Spider-Man Into the Spider-verse Review Film“Spider-Man: Into the Spider-Verse” Melewati Semua Ekspektasi Pecinta Komik!

Film superhero lagi? Mungkin hal itu yang muncul di benakmu ketika tahu bahwa akan ada film animasi dari Spiderman berjudul “Spider-Man: Into the Spider-Verse” yang dirilis ke pasaran. Kami berani jamin kalau film ini berbeda dari film superhero kebanyakan dan melampaui ekspektasi para pecinta komik ataupun komik grafis superhero. Seringkali ketika live action superhero dirilis, para pembaca komiknya merasa banyak adegan yang tidak pas dengan versi komiknya. Semua kekhawatiran itu seakan sirna dengan hadirnya “Spider-Man: Into the Spider-Verse” garapan Columbus Pictures, Sony Entertainment, dan Marvel. Kali ini penonton diajak mengitari Brooklyn, New York dari mata seorang Spider-Man muda bernama Miles Morales. Miles yang hobi graffiti, merasa tidak cocok bersekolah di SMP swasta untuk anak-anak jenius karena ia ingin lebih bebas. Di dunia Miles, Spider-Man berperan aktif untuk mengentaskan kriminalitas di Brooklyn. Spider-Man pun diidolakan banyak remaja seusianya ataupun warga Brooklyn biasa.

Sayangnya ayah Miles yang bertugas sebagai polisi kurang setuju dengan metode Spider-Man untuk memberantas pelaku kriminal. Miles pun sebenarnya juga tidak terlalu acuh dengan hal ini, hingga suatu hari ia tergigit laba-laba radioaktif saat mencoret-coret dinding subway bersama pamannya, Aaron. Kekuatan ala Spider-Man mulai muncul di dalam dirinya dan satu-satunya yang harus ia temui untuk dimintai bantuan adalah Spider-Man. Sayang sebelum mendapatkan ilmu cukup, Spider-Man tewas di tangan Kingpin, miliuner jahat yang hendak membuka portal ke dimensi lain dan membahayakan keselamatan warga New York. Miles yang kebingungan kemudian menemukan bantuan dalam bentuk Spider-Man lain yang muncul dari beberapa dimensi akibat portal yang sempat terbuka. Siap tidak siap, Miles harus melanjutkan misi Peter Parker yang telah mati untuk menutup portal dan menyelamatkan nyawa orang-orang yang disayanginya.

Spider-Man Into the Spider-verse Review Film
(Ki-ka): Peter Parker, Gwen Stacy, dan Miles Morales

Pertama-tama, film yang disutradarai oleh Peter Ramsey, Robert Persichetti Jr., Rodney Rothman ini memiliki animasi yang sangat spektakuler. Gambar-gambar grainy ala komik muncul di detail terkecilnya, mulai dari tokoh-tokoh utama hingga background sejatinya tidak terlalu signifikan. Pecinta komik pasti akan sangat terhibur saat nonton film ini karena banyak adegan-adegan dan cara pengambilan anglenya yang sangat mirip komik. Plot ceritanya sendiri menghibur dan kita bisa menyaksikan banyak versi Spider-Man dengan kepribadian bermacam-macam. Melihat mereka layaknya menyaksikan sekumpulan Avengers tapi terdiri dari 6 Spider-Man. Stan Lee pun hadir menjadi cameo di film ini dalam bentuk animasi dan jadi salah satu penampilan terakhirnya sebelum meninggal. Selain animasi, efek visual, serta plot yang menakjubkan, “Spider-Man: Into the Spider-Verse” juga diiringi lagu-lagu rap dan hip-hop dari East Coast yang semaking mengentalkan suasana New York. Apabila diperhatikan secara seksama, film ini juga menampilkan beberapa karya kontemporer penyanyi seperti The Weeknd ataupun Chance The Rapper di latar belakangnya. Menonton film ini membuat kami kegirangan seperti anak kecil dan kalau kamu suka Marvel superheroes atau komik, jangan sampai kelewatan filmnya yang mulai tayang dari hari ini di berbagai jaringan bioskop Indonesia!