Ratu Ilmu Hitam ReviewReview: “Ratu Ilmu Hitam” Beri Penghormatan Pada Suzanna

Suzanna adalah seorang aktris spesialis film horor pada masanya. Bisa dibilang, hampir tiap judul yang memasang nama Suzanna sebagai aktris utama selalu laris di pasaran. Lebih dari tiga puluh tahun sejak era keemasannya, sutradara Kimo Stamboel terlibat dalam suatu proyek ambisius untuk mengadaptasi salah satu judul terlaris yang dibintangi Suzanna yakni “Ratu Ilmu Hitam” (1981) dengan latar belakang modern. Penyerahan penulisan skrip pada Joko Anwar dirasa tepat karena sang sineas sukses meneror para penonton dengan kisah-kisah mengerikan di “Pintu Terlarang”, “Pengabdi Setan” hingga “Perempuan Tanah Jahanam”. Dikisahkan tiga orang anak yatim piatu yang telah sukses di Jakarta, kembali ke sebuah panti yang mereka tinggali setelah mendengar sang pengurus sakit keras.

Hanif (Ario Bayu) datang bersama sang istri (Hannah Al Rashid), Sandi (Ari Irham), Dina (Adisty Zara) dan Haki (Muzakki). Sedangkan, Jefri (Miller Khan) dan Anton (Tanta Ginting) datang bersama istri masing-masing. Dalam perjalanan ke panti asuhan, mobil Hanif menabrak sesuatu yang tampaknya adalah rusa. Tanpa sepengetahuannya, yang ia tabrak sebenarnya adalah seorang anak. Ketika mereka menginap di panti, satu per satu kejanggalan mulai terjadi. Hanif pun akhirnya mengetahui bahwa yang ia tabrak adalah manusia dan bus yang dikendarai anak panti untuk berkarya wisata berisikan mayat anak-anak panti. Apakah panti asuhan tersebut terkutuk? Ataukah ada seseorang yang memakai ilmu hitam sedang mengintai nyawa ketiga keluarga tersebut?Ratu Ilmu Hitam Review

Pertama-tama, efek visual dari “Ratu Ilmu Hitam” cukup meyakinkan dan patut diapresiasi. Adegan berdarah-darah dan penuh makhluk menjijikkan mampu dieksekusi dengan bantuan efek visual yang mantap. Secara narasi, sebenarnya penjabaran yang lebih detail bisa disisipkan menjelang akhir klimaks agar benang kusut yang mulai terurai bisa dipahami dengan lebih baik. Awal film hingga pertengahan berlangsung dengan alur cukup lambat, sehingga elemen horor seakan terlambat masuk ke narasi. Sedangkan, di separuh terakhir banyak misteri terjadi sekaligus petunjuk-petunjuk akan masa lalu yang menunggu untuk disimpulkan.  Sepertinya masalah penguraian masalah yang terburu-buru di paruh akhir film juga menjadi momok bagi proses penulisan Joko Anwar baik di film ini ataupun di “Perempuan Tanah Jahanam”.  Ada beberapa bagian yang tampak tidak berkesinambungan dengan narasi utama yang ingin dibangun dan menjadi pertanyaan besar seusai kami menontonnya.

Ratu Ilmu Hitam Review
Sutradara Kimo Stamboel mengarahkan para cast “Ratu Ilmu Hitam”

Meskipun muncul masalah di sisi tersebut, “Ratu Ilmu Hitam” versi baru mampu memanfaatkan potensi kengerian lewat permainan cahaya dan pemilihan lokasi yang bernuansa jadul. Diiringi oleh musik dari Nonaria, Polka Wars, dan The Panturas, ambience jaman dulu semakin kental terasa dan mencekam. Tidak banyak jumpscare ditemukan di film ini dan adegan-adegan gore mendominasi di paruh akhir film. Footage-footage dari film orisinil “Ratu Ilmu Hitam” tidak lupa disertakan saat credit scene yang membuat kami merindukan sosok mistis Suzanna. Secara singkat “Ratu Ilmu Hitam” adalah proyek penghormatan yang cukup bagus, namun elemen horor, klenik, dan terror khas Suzanna kami rasa kurang membuat para penikmat film horor bergidik ngeri. Oh ya, sepertinya teror sang ratu tidak akan berhenti di film ini saja, kami menantikan sekuel atau spin-off berikutnya!

Dokumentasi: Rapi Films/Editor: Novita Widia