Perfect Blue Movie ReviewReview: “Perfect Blue”, Anime Psikologis Thriller yang Mencekam

Film-film animasi Jepang populer seringkali didominasi oleh genre-genre seperti drama, fantasi, ataupun sains-fiksi. Namun sebuah film animasi keluaran tahun 1997 berjudul “Perfect Blue” membuktikan bahwa anime bisa jadi medium yang tepat untuk menceritakan sebuah kisah thriller. Satoshi Kon adalah sutradara yang dikenal sering menggubah cerita-cerita yang dianggap aneh. Saya mengagumi karyanya setelah menikmati “Paprika” yang dirilis pada tahun 2006, namun baru-baru ini saya memutuskan untuk menonton “Perfect Blue” yang merupakan karya perdana sang sineas. Diadaptasi dari sebuah novel karya Yoshikazu Takeuchi (1991), film ini menceritakan kehidupan seorang idola bernama Mima Kirigoe yang tergabung dengan grup musik CHAM!. Meskipun telah debut dengan beberapa lagu, grup idol ini tak kunjung menemui kesuksesan hingga agensi memutuskan untuk menarik Mima dari CHAM! dan menjadikannya seorang aktris profesional. Maklum, pekerjaan sebagai aktris di budaya populer Jepang dianggap lebih meyakinkan dibanding seorang idol yang sering dicap hanya mengandalkan tampang.

Transisi Mima Kirigoe dari seorang idol menjadi aktris terbukti tidak mudah, karena para fans setianya menginginkan ia tetap menyanyi dan menari untuk mereka. Mima mulai menerima gangguan berupa surat-surat aneh dari fans yang terobsesi dengannya. Di tahun tersebut ketika internet baru mulai dikenal di Jepang, sang fans obsesif tersebut bahkan membuat situs khusus untuk Mima yang menceritakan kehidupan sehari-hari Mima secara detail. Mima menjadi semakin terdistraksi akan pekerjaannya, dan sang stalker pun kian hari kian agresif dan mulai membahayakan nyawa orang-orang di sekitarnya. Konflik dalam dirinya dan ekspektasi dari publik agar Mima diterima sebagai aktris semakin membuat mentalnya terganggu.

Perfect Blue Movie Review
CHAM!

Kami menonton film ini tanpa membaca ulasan yang telah bertebaran di internet terlebih dahulu. Sinopsis singkat dan poster film yang tertera tidak menyiapkan kami untuk skenario yang sangat mencengangkan. “Perfect Blue” sekilas tampak membingungkan karena antara realita, imajinasi, dan ekspektasi seringkali membaur dan mengaburkan satu sama lain. Namun, semakin film ini mengungkapkan rahasia-rahasia di baliknya, semakin intens pengalaman saya menyerap twist-twist yang tersaji secara sempurna. Ketika pikiran saya menyimpulkan pada suatu revelasi, maka Satoshi Kon memutarbalikkannya dengan sajian twist lain yang sebelumnya tidak terpikirkan. Ada kecurigaan terhadap tokoh tertentu di film ini, namun petunjuk yang mengarah padanya benar-benar tidak ditampakkan secara gamblang. Beberapa adegan juga diambil lewat perspektif yang benar-benar memukau untuk ukuran sebuah film animasi di tahun 1996.

Sedikit permasalahan mungkin terletak di teknik animasinya yang belum semulus “Paprika” serta gerak bibir yang masih sedikit kaku. Selain itu, “Perfect Blue” cocok disaksikan penggemar psikogi thriller seperti “Black Swan”, “Shutter Island”, atau “The Fight Club”. You won’t regret it!

Reviewer: Novita Widia