The Seen and Unseen Helatari Salihara 2019Terhipnotis Pementasan “The Seen and Unseen” di Helatari Salihara 2019

Film besutan Kamila Andini “The Seen and Unseen” (Sekala Niskala) sukses memukau para penikmat film tanah air dua tahun lalu. Film yang mengisahkan tentang pasangan kembar yang terikat secara batin dan mengalami berbagai proses kehidupan ini kental dibalut dengan budaya Bali terutama tariannya. Tak heran jika kami melihat film ini digubah sedemikian rupa menjadi sebuah pertunjukan tari yang dipentaskan di rangkaian Helatari Salihara 2019, festival tari yang digelar oleh Komunitas Salihara. Pertunjukan seni lintas budaya seniman ini menggabungkan seni tari, musik, dan skor elektonik yang ditata secara apik dan menghasilkan karya yang tidak menjemukan. Banyaknya disiplin seni yang terlibat dalam pementasan ini meliputi partisipasi dari Komunitas Bumi Braja, Ida Ayu Wayan Arya (Indonesia), Yasuhiro Morinaga (Jepang), Eugyeene Teh, Jenny Hector, Adena Jacobs, dan Fraught Outfit (Australia) yang menjadi tim kreatif. The Seen and Unseen Helatari Salihara 2019

Keseluruhan pementasan tari berdurasi 60 menit dan hampir sama dengan jalan cerita dalam filmnya, berkisah tentang dua anak kembar laki-laki dan perempuan yang bernama Tantri dan Tantra. Si kembar yang lahir saat bulan purnama menurut budaya Bali lahir dengan empat saudara penjaga yang tidak kasat mata disebut Nyama Catur. Suatu hari, Tantra jatuh sakit dan sulit untuk disembuhkan. Selama Tantra terbaring sakit, Tantri menemukan penghiburan dari kesedihannya lewat malam. Dalam malam, ia menemukan kenangan hidup bersama Tantra dan di bawah bulan purnama, ia menari dan menemukan dirinya berada di antara realita dan imajinasi, kehilangan dan pengharapan. Sang penari anak secara gemulai melakukan gerakan-gerakan dengan semangat dan penuh makna. The Seen and Unseen Helatari Salihara 2019

Tari yang disajikan dalam pementasan “The Seen and Unseen” memadukan gerak tari tradisional Bali dengan aransemen yang indah dan memukau. Kami terhiponitis ke dalam dunia Tantri dan Tantra dan tidak bisa memalingkan wajah dari panggung saat pementasan terjadi. Emosi pun membuncah ketika Tantri harus merelakan saudara kembarnya berpindah ke alam lain mengikuti takdirnya. Lewat imajinasi dan sudut pandang seorang anak, kami diajak memahami bahwa perpisahan juga sama beratnya bagi mereka. Seperti filmnya, pertunjukan seni ini juga berdasarkan filosofi masyarakat Bali “Sekala Niskala”, yakni kesetaraan nilai spiritual yang sama antara apa yang tidak bisa kita lihat di dunia ini dengan apa yang bisa dilihat. Walaupun tarian yang dibagi ke dalam 4 babak ini berkisah tentang kesedihan, penonton tetap merasakan keindahan tarian “The Seen and Unseen” dengan bahagia. Terlebih lagi ketika melihat 6 anak menari dengan sangat luwes dan tulus. Sungguh ibadah seni yang terpuaskan.

Reporter: Fransisca Hana/Editor: Novita Widia
Dokumentasi: Witjak Widhi Cahya/Komunitas Salihara