7 Band Yang Berhasil “Move On” Pasca Kepergian Founder atau Frontman
Pasca pengumuman hengkangnya Is dari Payung Teduh, banyak orang berspekulasi bahwa inilah akhir dari band yang telah menelurkan berbagai hits seperti “Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan” dan “Akad”. Terhitung per 2018, gitaris dan vokalis yang menginisiasi proyek bermusik ini tidak akan lagi melanjutkan karirnya bersama band tersebut. Meskipun dalam sebuah wawancara ia mengindikasikan bahwa ada anggota yang berhasrat untuk melanjutkan Payung Teduh, sulit untuk melihat band ini tanpa sesosok Is yang mempunyai ciri khas vokal yang kuat. Band yang memiliki frontman atau founder yang berperan besar dalam pergerakan musiknya, cenderung kesulitan untuk melanjutkan proyek baik dengan personel yang tersisa ataupun pengganti yang notabene harus keluar dari bayang-bayang nama besar si mantan personel. Lalu, apakah mungkin band tetap dilanjutkan pasca frontman atau foundernya pergi? Sangat mungkin, The Display telah mengumpulkan beberapa kasus band yang sukses “move on” sepeninggal frontman atau founder band tersebut, check it out!
- Blink-182
Band beraliran punk asal California ini telah sukses menghasilkan 7 album penuh dan masih aktif hingga kini. Tidak disangka, Blink-182 yang ada saat ini tetap berjalan meskipun foundernya, Tom DeLonge telah memutuskan hengkang. Band ini didirikan dengan format trio antara Tom DeLonge, Scott Raynor dan Mark Hoppus. Dalam perjalanannya, band ini banyak melakukan perubahan personel termasuk keluarnya Raynor yang digantikan posisinya oleh Travis Barker. Blink-182 adalah salah satu band yang sukses melakukan crossover dari underground punk menjadi mainstream ketika mereka dikontrak oleh label Epitaph Records. Era kejayaannya adalah ketika melepas album “Enema of The State” di tahun 1999 dengan hits seperti “What’s My Age Again?” atau “All The Small Things”. Bagi mereka yang lahir di era 80-an atau 90-an, sulit untuk menghapuskan jejak Blink-182 dari kenangan. Ketika DeLonge mulai menarik diri dari peredaran dan memilih untuk berhenti dalam berkarir musik, akhirnya Mark Hoppus dan Travis Barker tetap melanjutkan proyek ini dengan side-project +44 dan akhirnya kembali menjadi Blink-182 tanpa DeLonge. Album “California” yang dirilis tahun 2016 menjadi saksi bahwa proyek ini tidak butuh DeLonge dan mereke merekrut Mark Skibba untuk menggantikan posisi Tom. Mark Hoppus pada akhirnya mengambil porsi vokal yang dahulu diisi oleh Tom.
2. Crystal Castles
Di tahun 2006, Crystal Castles terbentuk di Ontario, Kanada oleh dua orang yakni Ethan Kath dan Alice Glass. Duo ini menciptakan musik elektronik yang kelam namun memiliki magnet bagi para pendengarnya untuk setia mengikuti perkembangan mereka. Bersama-sama mereka telah merilis tiga album penuh dimulai dari “Crystal Castles” (2006), “(II)” (2010), dan “(III)” (2012). Ketiga album tersebut meraih respon yang cukup baik dari media ternama seperti NME, dan berhasil menempatkan salah satu singlenya di tangga lagu Billboard, suatu pencapaian yang mengesankan mengingat musik mereka kurang memiliki mainstream appeal. Tahun 2014, Alice Glass secara mengejutkan mengumumkan perpisahannya dengan band ini dengan alasan personal dan profesionalitas. Posisinya tidak lama kosong, karena Ethan segera menemukan penggantinya dalam diri Edith Frances dan membuat album “Amnesty (I)” (2016). Baru-baru ini, Alice Glass memberikan statement yang tidak kalah mengejutkan yakni alasan di balik keluarnya dia adalah karena pelecehan seksual yang dilakukan oleh bandmate-nya. Hingga saat ini, tuduhan tersebut dibantah keras oleh Ethan dan tidak ada langkah hukum yang diajukan oleh kedua pihak.
3. Dewa/Dewa 19
Band rock legendaris asal Surabaya ini telah mewarnai musik Indonesia sejak akhir tahun 1980-an. Dibentuk oleh Dhani Ahmad, Erwin Prasetya, Wawan Juniarso dan Andra Junaidi, band yang bermarkas di Universitas Airlangga ini hijrah ke Jakarta dan meledak dengan lagu-lagunya di sepanjang era 90-an. Beberapa perubahan personel terjadi, yang akhirnya menjadikan Ari Lasso sebagai vokalis di band ini. Bersama Ari Lasso, Dewa menjelma menjadi salah satu band rock terbaik tanah air dengan hits seperti “Elang”, “Kangen” dan “Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi”. Di tahun 1995 album “Terbaik Terbaik” diluncurkan dan mendapat respon yang luar biasa, album ini bahkan ditahbiskan menjadi salah satu “150 Album Indonesia Terbaik” oleh majalah Rolling Stone edisi Desember 2007. Peran Ari Lasso yang memberikan vokal yang kuat namun sentimental seakan sudah melekat kuat pada identitas Dewa/Dewa 19. Band ini termasuk salah satu band yang melakukan banyak sekali perombakan personel dan kenyataan pahit harus ditelan ketika Ari Lasso dikeluarkan dari proyek ini karena ketergantungannya pada narkotika. Datanglah Once Mekel di tahun 1997 yang akhirnya resmi menggantikan posisi Ari Lasso hingga band ini dibubarkan pada tahun 2011.
4. Burgerkill
Nama Burgerkill di line-up suatu acara sedikit banyak menjamin banyaknya massa yang datang dalam acara tersebut. Band metalcore asal Bandung ini tetap eksis hingga sekarang meskipun vokalisnya, Ivan Scumbag menghembuskan nafas terakhir di tahun 2006. Kematian frontman tersebut meninggalkan efek shock dan trauma bagi para personil yang tersisa, dan nasib Burgerkill sudah di ujung tanduk pada kala itu. Akan tetapi, harapan kembali muncul untuk melanjutkan perjuangan Ivan dan band ini mengadakan audisi untuk posisi vokalis hingga menemukan Vicki. Bersama Vicki, Burgerkill telah merilis satu album studio berjudul “Venomous” (2011).
5. SORE
Band SORE termasuk salah satu pionir bangkitnya musik side-stream di ibu kota. Menjalani karir dari tahun 2003, SORE dengan lagu-lagunya yang berlirik puitis dan melodinya yang santai merajai independent scene di Indonesia pada awal 2000-an bersama dengan band lain seperti White Sheos & The Couples Company, The Adams, atau Sajama Cut. Ade Paloh, yang notabene merupakan founder dari band ini memutuskan mundur di tahun 2010 dimana ia menjadikan kebosanan sebagai salah satu alasannya, seperti tercantum dalam wawancaranya dengan Jakarta Beat. Ia kemudian memulai side project berjudul Marsh Kids yang musiknya berbeda dari SORE. Tahun 2012, personil lain yakni Ramondo Gascaro (Mondo Gascaro), memutuskan untuk mundur dari posisinya sebagai keyboardist dan composer dari band ini. Pengaruh Mondo bagi musik SORE pada saat itu cukup besar, karena ia bertanggung jawab dalam menciptakan atmosfer lagu yang mempengaruhi semua output dari musik SORE. Keluarnya Mondo yang diumumkan lewat sosial media pribadinya cukup meresahkan para pendengar SORE yang khawatir akan masa depan band yang pada saat itu telah merilis dua album penuh dan 1 EP. Di tahun 2013, Ade Paloh kembali aktif bermusik dengan SORE dan mengeluarkan kompilasi album berjudul “Sorealist” (2013) yang berisikan lagu-lagu terbaik dari SORE. Di tahun 2015, album baru penuh dari SORE tanpa Mondo dirilis berjudul “Les Skut Leboys”. Sedangkan Mondo Gascaro tetap aktif bermusik secara solo dan menelurkan album menakjubkan berjudul “RAJAKELANA” di akhir tahun 2016.
6. The Trees & The Wild
Band asal Bekasi ini didirikan atas inisiatif tiga pemuda yakni Andra Kurniawan, Remedy Waloni, dan Iga Massardi. Ketiganya sepakat untuk memainkan musik yang sederhana, catchy dan mudah untuk didengar, maka terbentuklah The Trees and The Wild (TTATW) di tahun 2006. TTATW menciptakan musik folk akustik yang ringan namun sarat akan makna di setiap liriknya. Bersama-sama mereka merilis album “Rasuk” di tahun 2009, semenjak itu karir band ini semakin melejit. Tidak lama kemudian Iga Massardi yang saat itu juga terlibat beberapa proyek lain seperti Tika and The Dissidents memutuskan keluar dari TTATW karena ketidakcocokan visi dalam bermusik. Ia mengumumkan keputusan tersebut melalui blog pribadinya. Musik TTATW ditengarai semakin terpengaruh oleh aliran lain seperti post-rock, ambient, dan experimental. Di tahun 2011, Iga Massardi membentuk Barasuara yang sukses dengan debut albumnya berjudul “Taifun”. TTATW pun move-on tanpa kehadiran Iga Massardi dan merilis album “Zaman, Zaman” tahun lalu.
7. Kangen Band
Band metal (melayu total) asal Lampung ini menggebrak musik Indonesia dengan albumnya “Tentang Aku, Kau dan Dia”. Dodhy, Andika, Tama, Lim, Nory, dan Barry memberikan definisi baru pada dunia hiburan Indonesia untuk tidak hanya mengandalkan tampang, tapi bermodalkan bakat dan musik, karir pun bisa melejit. Di tahun 2012, pria tampan sedunia yang juga frontman Kangen Band, Andika memutuskan keluar dari band ini karena muncul konflik dengan label rekaman pada saat itu yang tidak mengijinkan ia bersolo karir. Kangen Band pun melanjutkan proyeknya dengan vokalis baru Reyhan, setelah ia menyisihkan ribuan peserta lain dalam audisi. Namun, Kangen Band membuktikan bahwa mantan memang sulit dilupakan. Indah, selalu terkenang, dan yang jelas, membawa hoki. Akhirnya ia pun kembali bersama Kangen Band di tahun 2016 dan tetap aktif hingga saat ini. Sometimes, an ex is better than the next, right?