Shewn Moar EP ReviewShewn Tunjukkan Berbagai Sisi Sentimental Lewat EP “Moar”

Mendengar nama Shewn, yang terlintas di pikiran kami adalah track penuh amarah dibalut dengan nada-nada emo dan post-hardcore. Selingan skramz juga sering menghiasi berbagai track dari debut album band asal Malang tersebut yang diberi tajuk “At Home, Drowning”. Setelah sekian lama menghilang dari lalu lalang musik underground, band tersebut hidup kembali lewat EP terbaru bertajuk “Moar”. Dirilis di berbagai jaringan streaming digital, “Moar” berisikan tiga lagu yakni “Climates”, “Detached” dan “Alongside Me”. Usut punya usut, ketiga materi ini sebenarnya bukan materi baru melainkan lagu-lagu yang telah mereka rekam di tahun 2017 sebelum Eki Darmawan (vokal), Rizky Endar (gitar), Raveizal Ario Sayoga (gitar), Afif Amrullah (bass), dan Raditya Rio (drum) menyambut masa hiatus.

EP dibuka dengan lagu “Climates” yang menurut kami menunjukkan sisi optimis dari band ini. Irama dentingan khas musik-musik emo tahun awal 2000-an mengingatkan kami pada perpaduan Alesana, Tiny Moving Parts, dan Hoobastank sekaligus. Lagunya menceritakan himbauan bagi pendengar di luar sana bahwa masa-masa suram tidak akan selamanya melanda. Karena kehidupan layaknya cuaca dan iklim yang berubah seiring waktu. Chord gitar yang mudah diingat menjadikan “Climates” layak menyandang peran lead single dari EP satu ini.Shewn Moar EP Review

“Detached” menunjukkan eksplorasi musik yang lebih luas dengan raungan delay, distorsi dan beberapa lapisan vokal. Namun aransemen minimalis yang clean tetap dipertahankan dan menjadi ciri khas album. Screamo yang kami identikkan dengan Shewn pada akhirnya muncul di nomor kedua “Moar” walau samar. Dengan tempo yang lebih lambat, “Detached” seakan mengoyak sanubari pendengarnya terutama pada bagian lirik “you’re a liar” dan “where were you?”. Anthem patah hati dan kecewa yang biasa kami dapatkan di “At Home, Drowning” sepenuhnya terwakilkan oleh “Detached”. Dentuman bas yang padat juga bisa kamu rasakan di nomor satu ini, memberikan kesan sedikit berat jika dibandingkan dengan “Climates”.

“Alongside Me” membuka lagu dengan efek gitar dan ketukan drum dan hi-hat yang rapat. Tempo yang setara dengan lagu sebelumnya menyambut para pendengar pada gaya screamo vokalis Eki Darmawan yang padat merayapi keseluruhan lagu ini. Ada sedikit gitar twinkle di beberapa bagian yang mungkin bisa ditelusuri jejaknya dari peran Raveizal Ario Sayoga di band ini. “Alongside Me” menjadi tembang penutup penuh angst yang menceritakan bahwa semua yang kita kenal dan sayangi akan pergi pada waktunya. Ketiga lagu di EP “Moar” menunjukkan progresi Shewn sebagai unit post-hardcore dengan berbagai sisi sentimental. Ada optimisme, kekecewaan, dan kemarahan yang dibalut melodi-melodi post-hardcore. Agaknya mengusung genre tertentu tidak mewajibkan band ini untuk terus menerus menelurkan lagu sendu. Terkadang sisi optimis yang dibalut kenangan masa lalu bisa menjadi jurus jitu, tak peduli genre musik yang ingin diangkat.

Akan menjadi sangat klise jika kami melabeli album ini sebagai versi dewasa Shewn. Menurut kami, “Moar” bukan pendewasaan Shewn sebagai musisi, tapi lebih menunjukkan bagaimana pengalaman dan beragam orang yang mereka temui saat bertumbuh tua membuat lirik dan musik yang mereka ciptakan menjadi lebih dalam dan multi interpretatif. Oh ya satu lagi catatan, “Moar” harus kamu dengarkan dengan kualitas audio paling prima. Pilih gerai digital yang tidak mengompress audio mereka menjadi sangat flat karena mixing musik dan berbagai layer yang disajikan akan sangat sayang dilewatkan.