Buah Penantian Nicolas Mora Lahir lewat “Unspoken Letter”
Banyak berlalu lalang di berbagai ajang pertunjukkan tidak menjamin seorang musisi akan serta merta menelurkan karya orisinil. Nicolas Mora, solois yang memproklamirkan diri sebagai penggerak genre country-folk termasuk salah satunya. Namanya seringkali menghiasi berbagai poster di berbagai acara seni di Kota Malang, namun menikmati karya orisinilnya di ranah digital maupun fisik cukup sulit. Selama beberapa tahun terakhir ia berkarya, para penikmat musiknya harus cukup puas menikmati lagunya secara live yang dinikmati saat gigs atau di kanal resmi Youtube-nya. Ternyata kesibukan dan idealisme Nicolas Mora dalam meracik komposisi menjadikan perilisan karyanya secara masif banyak mengalami hambatan. Ia belum bertemu orang yang tepat untuk mengubah arahan aransemen yang ada di kepalanya menjadi versi rekaman yang Nicolas Mora dambakan.”Unspoken Letter” menjadi tembang perdana yang ia gubah secara utuh dan menyeluruh hingga akhirnya lahir di ruang dengar kita pada tanggal 2 Agustus 2019 lalu. Selain lagu ini, Nicolas Mora juga pernah mengunggah versi live tembang lainnya berjudul “Meet Me On The Bank of The River”.
“Unspoken Letter” yang direkam oleh Bambang Iswanto di Nero Studio, Malang berbicara tentang penyesalan seorang suami yang tidak bisa menepati janji-janjinya terhadap sang istri. Kisah ini memang Nico – begitu ia akrab disapa – akui terinspirasi oleh cerita dari rekan-rekannya di Malang yang memiliki pengalaman pribadi tersebut. Ia mengubahnya menjadi bait-bait lirik yang cukup dramatis dan cocok didengarkan kala hati sedang kalut. Pertemuannya dengan musisi Angga (Cello) dan Aji Prasetyo (Biola) semakin menyempurnakan aransemen lagu “Unspoken Letter” yang bisa kamu dengarkan di berbagai kanal digital. Menurut kami versi studio dari single ini lebih mengharukan dengan detail-detail di bagian instrumen terutama string yang mendayu-dayu. Ditambah dengan suara Nico yang terdengar lebih jelas dan bulat, tentu saja single versi ini jauh lebih nyaman didengarkan.
Lebih lanjut pria ini mengungkapkan, “Lagu ini diandaikan seperti gumaman dan ungkapan perasaan nelangsa dari seorang suami yang belum mampu menepati janjinya untuk istrinya selama mereka menikah. Bagaimana perasaan bersalah itu menjadi momok bagi seseorang. Bagaimana pahitnya menjalani hidup dengan rasa bersalah itu.” Berbahagialah wahai kalian yang bisa menepati janji karena penyesalan adalah suatu hal yang akan menghantui kita seumur hidup.