Review: “Bohemian Rhapsody” Tidak Jelek, Hanya di Bawah Ekspektasi
Hampir semua orang terutama pecinta musik pasti kenal dengan band Queen. Band rock asal Inggris ini besar di tahun 70-an dan selama dua dekade terus menelurkan lagu-lagu hits yang menghiasi berbagai tangga lagu dunia. Ketika sebuah biopic dari frontmannya, Freddie Mercury, berjudul “Bohemian Rhapsody” diumumkan untuk dibuat, kami dipenuhi rasa cemas dan berharap bahwa penyanyi yang meninggal karena komplikasi penyakit AIDS ini akan hidup kembali lewat layar lebar. Dalam prosesnya, banyak kendala yang dialami film ini seperti pergantian aktor utama dari Sacha Baron Cohen menjadi Rami Malek hingga pemecatan sutradara. Mendengar berbagai kabar ini, ekspektasi kami yang semula tinggi perlahan mulai diturunkan agar sedikit realistis. “Bohemian Rhapsody” sebagai salah satu masterpiece terbesar dari band Queen dipilih menjadi judul resmi film dan mengisahkan lahirnya band rock ini hignga sepak terjang Freddie Mercury menjadi penampil yang dikenal oleh publik.
Datang dari keluarga imigran asal Zanzibar, Freddie Mercury yang bernama asli Farrokh Bulsara memulai karirnya ketika menggantikan vokalis lama band yang didirikan oleh Brian May (Gwilym Lee) dan Roger Taylor (Ben Hardy). Bersama-sama dikisahkan mereka dikontrak oleh label rekaman EMI hingga memproduksi lagu terbesar mereka sepanjang sejarah. Di sisi lain, ada kehidupan pribadi Freddie yang penuh misteri termasuk orientasi seksualnya hingga hubungannya dengan member lain dan keluarganya. Banyak media-media yang memberikan rating jelek pada film ini, namun menurut kami film ini tidak bisa dibilang jelek sampai bikin kamu kecewa. Memang durasinya terlalu lama untuk jenis film semi-biografi dan beberapa bagian dirasa terlalu dipanjang-panjangkan. Klimaksnya juga terasa terlalu lama sehingga kurang berkesan. Akting prima dari Rami Malek sedikit mengobati ekspektasi kami yang cukup tinggi terhadap film ini. Dengan menggunakan gigi palsu untuk meniru fisik sang legenda, Rami menjelma menjadi Freddie dan menghidupkan kembali gaya flamboyannya hingga gimmicknya di atas panggung.
Ekspolasi terhadap hubungan antar anggota, atau antar Freddie dengan cinta pertamanya yakni Mary (Lucy Boynton) terlalu dangkal. Beberapa bagian yang menunjukkan sisi biseksual Freddie Mercury juga banyak mengalami sensor dari Lembaga Sensor Film Indonesia, sehingga menjadikan film ini punya beberapa plot holes. Secara keseluruhan, hampir semua musik-musik Queen ditampilkan mulai dari “Killer Queen”, “Another One Bites The Dust”, “We Will Rock You”, “Radio Gaga”, “We Are The Champions” dan banyak lainnya. Penggemar unit rock ini pasti dimanjakan dengan lagu-lagu ini sepanjang film. Belum ditambah kostum-kostum panggung Freddie yang sangat eksentrik. It’s entertaining but doesn’t quite live up to the high expectation.