Folk Music Festival 2018: Kehangatan, Kekeluargaan, dan Banyak Pertemuan
BATU (5/8) – Folk Music Festival 2018, sebuah festival musik folk garapan Sats.Co asal Surabaya telah menginjak tahun keempat pelaksanaannya. Memiliki riwayat perjalanan yang cukup mumpuni bagi suatu festival, FMF 2018 dihadapkan pada ekspektasi yang cukup tinggi. Diselenggarakan selama tiga hari dari tanggal 3 hingga 5 Agustus 2018 di Lapangan Kusuma Agrowisata, Batu, puluhan musisi siap menghibur ribuan penonton yang datang. Layaknya musik folk yang cenderung santai, membumi dan hangat, FMF 2018 bisa dibilang sebagai gelaran terhangat dan terguyub yang pernah kami lihat. Tanpa barikade tinggi dan panggung yang cukup rendah, para penonton memilih untuk duduk-duduk santai dalam menonton musisi favorit mereka. Beberapa kejutan muncul di panggung musik FMF 2018 antara lain Adrian Yunan yang kembali bernyanyi bersama grup lamanya Efek Rumah Kaca dalam lagu “Sebelah Mata”. Reuni singkat ini seperti mengirim penonton ke dalam mesin waktu pada awal perjalanan ERK. Fourtwnty yang baru pertama kali mencicipi panggung FMF, seakan tidak mau menyianyiakan ketenaran mereka. Sang vokalis seakan terbakar energinya oleh penonton yang antusias, hingga melepaskan bajunya di atas panggung layaknya konser Slank walaupun suhu kala itu mencapai 14 derajat Celsius.
Jason Ranti seperti biasa menyajikan pertunjukan penuh tawa dengan lagu-lagu yang diiringi cuplikan video nyeleneh. Reda Gaudiamo tampil pertama kalinya tanpa partner duet yang baru saja meninggal dunia yakni Ari Malibu. Menahan perasaan sedih serta tangis, Reda mampu menyelesaikan set-nya dengan iringan backing vocal dan keyboard. Begitu turun panggung, para penonton seakan ingin memberikan kekuatan padanya dengan menyapa dan memberi pelukan hangat. Daramuda yang terdiri dari Danilla, Sandrayati Fay dan Rara Sekar untuk pertama kalinya tampil sepanggung dan menyanyikan karya-karya mereka. Ketiganya punya kepribadian yang benar-benar berbeda, namun begitu musik dimulai, mereka seakan menjelma jadi satu kesatuan yang indah. Kejutan terbesar datang dari panggung literasi yang hadir di hari pertama oleh salah satu performernya. FSTVLST menjelma menjadi band folk bernama Folktivalist yang menurut kami benar-benar menghibur. Diiringi musik akustik, Farid Stevy yang biasanya jingkrak-jingkrak seolah berubah jadi sosok lain yang serius bernyanyi dengan membaca teks yang ia pegang. Ia juga menarik beberapa penonton dan sesama musisi seperti Cholil Mahmud, Pusakata, serta pendiri Sats.Co Alek Kowalski untuk berpuisi diiringi petikan gitar.
FMF 2018 kali ini memang terasa lebih variatif dengan adanya segmen literasi. Sesi talkshow yang dipandu oleh praktisi senior serta pelaku industri kreatif banyak memberikan para penonton sedikit gambaran tentang topik yang diberikan. Walaupun sedikit berat, talkshow dibawakan secara santai sehingga materi mudah dipahami. Salah satu sesi yang menarik perhatian kami adalah ketika Felix Dass, jurnalis senior di balik Qubicle dan The Jakarta Post menjadi moderator dari talkshow online media bersama redaktur VICE, Tirto.id, dan Bale Bengong. Dari sesi tersebut, banyak informasi yang dapat dipelajari terutama bagaimana media bisa mengembangkan konten yang informatif, unik, serta menggelitik. Lokakarya yang diadakan juga berjalan dengan baik, walaupun sedikit terkendala kemoloran waktu. Sesi literasi ini sayangnya sedikit kurang teratur dalam pengaturan tempat dan waktu sehingga banyak pengunjung seakan kebingungan dalam mencari di mana acara berlangsung.
Secara umum, Folk Music Festival 2018 mengalami banyak kemajuan dari segi konsep dan konten dibandingkan gelaran sebelumnya. Walaupun diisi nama-nama yang tahun lalu telah tampil, kemasan yang tersaji terasa berbeda sehingga pengunjung tidak merasa déja vu. Konsep panggung A dan B yang bergantian memainkan musik tanpa jeda sebenarnya sungguh efisien, namun pada praktiknya terdapat beberapa kendala teknis yang menyebabkan rencana ini kurang berjalan mulus. Kualitas sound juga salah satu hal yang bisa diperbaiki di edisi ke depan, karena di beberapa set timbul feedback yang cukup mengganggu. Folk Music Festival 2018 juga menjadi jembatan pertemuan banyak pihak yang sesuai dengan tagline yang diusung yakni #BicaraPertemuan. Para pengisi acara tidak canggung untuk berbaur dengan penonton dan mampir ke tenant-tenant yang menjajakan kehangatan. Semoga ke depannya konsepnya menjadi makin solid dan kendala-kendala teknis bisa diminimalisir.
Teks: Novita Widia/Dokumentasi: Hanif Ardhika