Review: “The Hand of God” Tampilkan Dinamika Keluarga, Mimpi, dan Tragedi
Pecinta sepakbola pasti tidak asing dengan terminologi “Tangan Tuhan” yang disematkan pada pesepakbola legendaris asal Argentina, Diego Maradona. Fenomena serta kontroversi yang melekat pada penciptaan gol Maradona yang dianggap menggunakan tangan tersebut menjadi inspirasi judul dari film karya Paolo Sorrentino bertajuk “The Hand of God”. Tayang di kanal digital Netflix sejak 15 Desember 2021, sineas Italia tersebut menggambarkan kisah seorang remaja lelaki di Napoli, Italia bernama Fabietto yang hidup di era 1980-an. Fabietto yang telah menginjak tahun terakhir sekolah menengah atas seringkali dihadapkan pada pertanyaan akan cita-cita.
Berbeda dengan film sejenis, Sorrentino justru mengambil pendekatan yang tidak lazim dengan mengisahkan konflik keluarga dalam mengenalkan penonton pada Fabietto. Memiliki bibi yang terkena depresi, ayah yang memiliki selingkuhan, hingga paman yang menjalankan praktik ilegal, remaja pecinta sepakbola ini seakan terombang-ambing di tengah dinamika konflik keluarga. Puncaknya, orang tua Fabietto mendadak meninggal terkena racun gas monoksida ketika pindah rumah. Fabietto yang terselamatkan karena memilih menonton pertandingan bola merasa aneh karena ia tidak bisa menangis.
Ia pun dibuat semakin bingung akan masa depannya tanpa bimbingan dari orang tua. Sedangkan bibi yang paling dekat dengannya justru dimasukkan ke rumah sakit jiwa, sehingga menambah duka terpendam dalam dirinya. Sorrentino mengajak penonton menyaksikan bagaimana Fabietto menemukan impiannya sebagai sineas, bagaimana pertemuannya dengan berbagai tokoh unik mendorongnya membuat keputusan untuk masa depan, hingga bagaimana ia melanjutkan kehidupan dengan menyimpan rasa duka sekaligus harapan. Simbolisme digunakan oleh Paolo Sorrentino dalam film ini untuk menggambarkan secercah harapan lewat tokoh, gestur, dan mitos.
Film “The Hand of God” juga dipenuhi kiasan-kiasan yang menunjukkan lika-liku remaja bimbang dalam menemukan jawaban atas kehidupan. Fabietto layaknya dituntun oleh tangan Tuhan dalam menentukan masa depan, sehingga menonton film ini tidak ayal membuat pemirsa terhanyut dalam kisah yang pelik. Meskipun permasalahannya terasa berat untuk dipikirkan, tingkah kocak serta perilaku unik beberapa tokoh disematkan Sorrentino secara sempurna dalam film ini. Hal itu menjadikan durasi 2 jam 10 menit tayangan sinematik tersebut terasa tidak membosankan. Keindahan lanskap kota Napoli serta kecintaan buta para penduduknya terhadap tim sepakbola juga menambahkan detail visual dan anekdot yang menarik bagi film yang terpilih dalam shortlist Oscars 2022 kategori film berbahasa asing. Tonton “The Hand of God” lewat Netflix Indonesia ya!
Penulis: Novita Widia/Dokumentasi: Movie DB