The SIGIT Another Day ReviewThe SIGIT Menggebrak Kembali dengan “Another Day”

Sebagai bagian dari band yang ikut mempopulerkan gelombang musik independen di tanah air, The Super Insurgent Group of Intemperance Talent atau The SIGIT sudah cukup banyak merasakan asam- garam blantika musik Indonesia. Eksis selama 18 tahun, keteguhannya untuk terus berkarya bukan dibangun dalam semalam. Banyak panggung yang telah dicoba dan banyak unsur musik yang telah dieksplorasi untuk mempertahankan konsistensi band ini. Sejak kemunculannya pada tahun 2002 dan EP self titled “The Super Insurgent Group of Intemperance Talent” pada tahun 2004, The SIGIT butuh waktu dua tahun untuk keluar dari kepompongnya dan terbang dengan album penuh “Visible Idea of Perfection” pada tahun 2006 yang fenomenal itu.

Walaupun pada awal 2000-an, dunia sedang dilanda revival sound vintage 70-an khususnya garage rock, dengan percaya dirinya, Donar Armando (drums), Farri Icksan (gitar, synthesizer), Aditya Bagja (bas) dan Rektivianto Yoewono (vokal, gitar) merangsek dari Bandung menuju panggung nasional dengan hard rock klasik yang meledak-ledak. Terbukti formula yang mereka usung berhasil menghipnotis jutaan muda-mudi untuk masuk dalam barisan “insurgent army”. Sempat memberi bocoran transformasi sound pada tahun 2009 dengan EP “Hertz Dyslexia”, di tahun 2013, “Detourn”, album kedua The SIGIT akhirnya muncul tepat 7 tahun setelah “Visible Idea of Perfection”. Detourn menawarkan progresi lagu yang lebih ‘bertualang’ dan sedikit meninggalkan gaya yang “straightforward” yang selama awal 2000-an mereka lakukan.

The SIGIT Another Day Review
Credit: Refantho Ramadhan

Tujuh tahun pula sejak “Detourn”, The SIGIT menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi kemungkinan sound-sound baru, dan pada tanggal 31 Juli 2020, The SIGIT muncul dengan single “Another Day”. Lagu ini adalah sebuah epos sepanjang 3:56 menit yang bercerita tentang bagaimana manusia dengan daya tahannya terus menembus resiko maut demi bertahan hidup. Tiap hari hanyalah sebuah hari yang sama seperti hari-hari lainnya, menembus maut sudah menjadi rutinitas, tak lupa tiap hari
yang baru diiringi semangat baru, “another day, another sunset” dan “another day, another mindset”. Diawali dengan intro gitar akustik dan seruling yang sangat membawa aura 70’s, kemudian bak memandu kendaraan bermotor yang melesat menembus jalan raya nasional yang dikelilingi hutan lebat. Intro akustik tersebut berubah menjadi lick gitar yang didominasi bending, diliputi synth, reverb dan tone yang tajam, sedikit mengingatkan kami pada Queens of The Stone Age hingga pada menit ke 1:07 vokal Rekti yang soulful masuk dengan iringan denting piano dan sahutan backing vocal dan melesat kembali ke lick gitar di awal verse tadi dengan tambahan sahutan backing vocal.

Seakan ada sedikit unsur yang Rekti bawa dari Mooner (band Rekti yang lain) ke The SIGIT. Vokal Rekti tidak lagi berteriak, namun terdengar lebih santai dan soulful, begitu nyamannya sampai tidak terasa verse kedua telah usai dan kita memasuki outro anthemik “another day, another sunset” dan “another day, another day, mindset” yang diiringi backing vocal yang soulful dtemani solo terompet sampai ending nada-nada tinggi yang klimaks. Bayangkan musik rock dengan aroma Ennio Morricone di sini (God rest his soul). Overall lagu ini bukan untuk melepas aura liar kita atau bensin untuk menyulut crowdsurfing. Another Day lebih cocok menjadi sebuah driving song, lagu yang menemani kita berangkat beraktifvitas karena unsur fun yang membuat kita bersemangat. “Another Day” terasa seperti sebuah perjalanan antar kota yang harus menembus jalan penuh pohon rimbun semalaman dan berakhir dengan sunrise di keesokan harinya. 3:56 menit yang tidak terasa singkat dan memuaskan. The SIGIT benar-benar telah kembali ke arena. “Another Day” dari The SIGIT bisa kamu nikmati di berbagai kanal digital sekarang.