Review: “Birds of Prey” Tunjukkan Anti-Hero Berbalut Feminisme Keren
Siapa yang tidak mengenal sosok Harley Quinn? Penggemar komik DC pasti sudah familiar dengan sosok pacar Joker ini dan versi live action Harley Quinn pertama kali diperkenalkan lewat film “Suicide Squad” oleh sosok aktris asal Australia, Margot Robbie. Awal tahun 2020, film spin-off dari “Suicide Squad” pertama akan memperkenalkan lebih jauh sosok Harley Quinn alias Harley Quinzel pasca putus dengan Joker. Sutradara Cathy Yan menyatukan cast dengan berbagai latar belakang budaya, ras, dan kepribadian dengan benang merah sama-sama yakni wanita dengan karakter kuat. Cerita diawali oleh Harley Quinn yang menghabiskan waktu untuk melupakan kandasnya hubungan asmara yang ia jalani bersama Joker. Berpesta semalam suntuk di Gotham sudah jadi agenda harian sang mantan psikiater. Suatu hari kabar bahwa ia telah putus dengan Joker merebak di Gotham yang menyebabkan ia menjadi buruan ratusan orang yang ingin membalaskan dendam padanya.
Salah satu yang paling keji adalah Roman Sionis, mafia licik di kota Gotham yang berniat mengumpulkan kekuasaan dan kekayaan sebanyak-banyaknya. Roman mengincar berlian Bertinelli yang merupakan peninggalan mantan pengusaha kaya raya di kota itu yang berisikan kode brankas keluarga Bertinelli. Dalam aksinya mengamankan berlian tersebut, anak buah Roman lengah dan berlian tersebut dicuri. Di waktu yang bersamaan, Harley Quinn telah ditangkap dan siap diadili oleh Roman yang sedang murka mendengar kabar hilanganya harta yang ia incar. Harley yang hendak dibunuh mampu membujuk Roman agar memberinya kesempatan hidup asal ia bisa membawa kembali berlian Bertinelli kepadanya. Dari situ lah, petualangan seru penuh aksi dari Harley Quinn dan aliansi yang tidak terduga dimulai.
Secara plot, kisah Harley Quinn ini dituturkan dengan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan “Suicide Squad” yang sedikit memaksa. Ada beberapa twist dalam film tersebut yang membuat durasi panjang tidak begitu terasa membosankan. Margot Robbie menunjukkan kemampuan akting yang super apik sebagai Harley Quinn. Peran tersebut seakan memang ditakdirkan untuk aktris yang juga berperan di film “Once Upon A Time In Hollywood…” ini. Elemen ‘girl power’ juga mampu dihadirkan dalam dialog, adegan, pemilihan busana, hingga scoring dalam “Birds of Prey”. Humor dan gestur lucu yang ditunjukkan dalam film ini juga mengalir begitu saja, tanpa kesan awkward atau kaku. Ada sedikit plot hole menjelang akhir film yang mungkin bakal sedikit membingungkan bagi penonton, namun mengesampingkan kekurangan tersebut, kami rasa “Birds of Prey” jadi debut yang bagus bagi sutradara Cathy Yan serta menambah catatan baik bagi DC Comics setelah “Joker” dan “Wonder Woman”.