LIFEs 2019 Merayakan Sejarah Bersama dari Anak Bangsa
JAKARTA (9/10) – Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia pernah mengutarakan pentingnya sejarah bagi sebuah bangsa. Pada perkembangannya, sejarah yang dipelajari semasa pendidikan formal seringkali hanya diisi oleh sejarah tokoh-tokoh besar dan para pemenang, tanpa memberi ruang pada sejarah alternatif yang sama-sama terjadi. Lewat perayaan literatur dan gagasan tahunan yakni LIFEs (Literature and Ideas Festival) 2019 yang dilaksanakan oleh Komunitas Salihara, peristiwa-peristiwa dari tokoh terabaikan akan diberi ruang untuk muncul ke permukaan. LIFEs bertujuan untuk menawarkan aspek edukasi sastra untuk generasi muda. Festival tersebut menekankan hubungan Indonesia dan Belanda dan mengajak kolaborasi penulis
muda Indonesia dan enam seniman keturunan Indo-Belanda.
Felix K. Nesi, penulis novel Orang-Orang Oetimu yang memenangkan Sayembara Novel DKJ 2018 berkolaborasi dengan Armando
Ello, fotografer Belanda keturunan Timor. Mereka akan menceritakan kisah keluarga Timor dan Rote di luar sudut pandang yang kita ketahui dari sejarah Timor. Selain Felix K. Nesi dan Armando Ello, masih ada banyak penampilan kolaboratif berlatar sejarah kolonial mengenai pencarian identitas, cerita keluarga (leluhur) dan personal yang tak kalah menarik dibanding narasi besar sejarah. Kolaborasi penulis Indonesia dan seniman Indo-Belanda yang menawarkan micro-history ini adalah langkah awal memulai penulisan sejarah yang lebih inklusif.
Selain itu, akan ada program bertajuk “Starry, Story Night”, pembacaan karya oleh bintang sastra generasi muda hari ini yang dilanjutkan Makan Malam Sastra bernuansa Indonesia tempo dulu. Penampilan grup musik puisi Poétique Ensemble yang ekspresif asal Prancis. Serta pembacaan naskah tentang isu ekonomi pada akhir 1990-an oleh Indonesia Dramatic Reading Festival (Yogyakarta). Tak ketinggalan pula workshop “Membuat Sampul Album Digital Dialita” di mana peserta merancang ilustrasi album dan menulis teks penjelasan berdasarkan lagu-lagu yang berisi kesaksian dan pengalaman ibu-ibu Dialita, penyintas Tragedi 1965. Tak ketinggalan diskusi seru tentang Sastra Indische, salah satu babak yang terlupakan di dalam sastra Indonesia. LIFEs ditutup dengan Keynote Speech oleh Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Nancy Jouwe, pengajar dan peneliti asal Belanda yang sebenarnya berasal dari keluarga Papua.
Masih banyak lagi kelas, diskusi, dan sesi yang akan merangsang ide-ide baru untuk muncul baik dari pemateri ataupun peserta diskusi. Kalau kamu tertarik dengan keragaman sejarah serta narasi-narasi tempo dulu, LIFEs adalah acara yang tepat untuk diikuti. Informasi lebih jauh mengenai festival yang akan dibuka pada tanggal 12 Oktober 2019 ini bisa dilihat di www.salihara.org atau akun Twitter @salihara, atau hubungi 0822-2552-3959.