Synchronize Festival 2019 Nostalgia dan Viral
Didi Kempot
Nostalgia dan Viral Warnai Synchronize Fest 2019

JAKARTA (6/10) – Dua elemen yang mendominasi gelaran tiga hari dari Synchronize Fest 2019 akhir pekan lalu adalah nostalgia dan viral. Keduanya merasuki berbagai panggung dan jadi magnet yang ampuh bagi para penonton untuk menikmati sajian yang ada. Momen nostalgia berhasil dihadirkan lewat beberapa aksi seperti reuni band Killing Me Inside Reunion yang mampu membuat kami flashback dengan musik emo-pop screamo awal 2000-an. Tidak berhenti di situ, momen nostalgia hadir lagi saat komposer ternama Erwin Gutawa menghadirkan mendiang Chrisye lewat gubahan musik yang menampilkan suara asli sang penyanyi. Jeniusnya, sang musisi berhasil menampilkan komposisi lagu baru dengan suara sang legendan dengan. Erwin Gutawa sukses mengutak-atik 200 suku kata yang pernah almarhum rekam dan nyanyikan semasa hidup dan menjadikannya satu lagu utuh yang ditampilkan di atas panggun Synchronize Festival 2019.

Synchronize Festival 2019 Nostalgia dan Viral
Oom Leo Berkaraoke x Wali

Oom Leo Berkaraoke mampu membuka jati diri asli penonton Indie nan hipster yang sebenarnya juga doyan (dan hafal) tembang-tembang dari Setia Band, Wali, Andika Ex-Kangen Band, hingga Radja yang populer di awal tahun 2000-an. Para band tersebut menyambut hangat para pemuda dan pemudi yang tidak canggung menyanyikan lagu mereka, walau dulunya mungkin merasa malu ketika ikut mengangguk-anggukkan kepala saat mendengar sayup-sayup lagu mereka dikumandangkan di sebuah sudut warteg atau warnet setempat. Selain reuni KILMS, Club Eighties juga hadir lengkap dengan personel asli mereka termasuk host “The Tonight Show” yakni Vincent Rompies dan Desta. Momen bersejöarah ini disambut riuh oleh penonton yang ikut menyanyikan “Dari Hati”.

Erwin Gutawa feat. Chrisye

Band folk/post-rock eksperimental asal Bekasi, The Trees and The Wild kali ini menampilkan sesuatu yang berbeda. Apabila biasanya mereja jarang membawakan lagu-lagu dari album “Rasuk” setelah mengubah arah musiknya lewat album “Zaman, Zaman”, kali ini mereka melakukan sebaliknya. Dalam rangka memperingati 10 tahun album “Rasuk” dirilis ke pasaran, band yang dipimpin oleh Remedy Walony ini membawa kembali sentimen folk khas TTATW. Sayang, mantan gitaris mereka yakni Iga Massardi tidak bergabung kembali untuk memperingati satu dekade album “Rasuk”. 

Puas dengan berbagai tembang nostalgia, saatnya Synchronize Fest 2019 menyambut berbagai tokoh viral ke dalam sajiannya. Pertama-tama di hari Jumat, ada The Godfather of Brokenheart asal Solo yakni Didi Kempot yang menghipnotis ratusan sobat ambyar yang hadir di Gambir Expo Kemayoran. Tidak tanggung-tanggung, beberapa sobat ambyar jadi sangat ekspresif menyanyikan kesedihan mereka dengan iringan tembang campursari Didi Kempot.

Sobat Ambyar

Momen viral kedua hadir di panggung Deadsquad dan Danilla. Sesosok ibu-ibu gaul berambut merah merona yakni Bude Sumiyati naik ke atas panggung saat Deadsquad tampil. Ia kemudian meneruskan aksinya dengan naik ke atas panggung Danilla. Penyanyi yang baru saja menelurkan EP kejutan berjudul “Fingers” tersebut membawa tokoh viral yang digandrungi banyak anak muda masa kini jadi salah satu atraksinya. Diselingi oleh tanya jawab ringan nan kocak, Bude Sumiyati juga memandu penonton untuk menyanyikan lagu-lagu dari Danilla. Biasanya melihat ibu-ibu di acara masa kini cukup canggung, namun pembawaan Bude yang santai dan ceria membuat sosoknya mampu berasimilasi dengan generani milenial dan generasi X yang membanjiri festival garapan Demajors dan Dyandra Promosindo tersebut.

Selain nostalgia musik dan hadirnya bintang-bintang viral, Synchronize Fest juga menyelipkan misi ramah lingkungan dengan memberi himbauan agar penonton membawa tumbler/botol minum dari rumah uituk diisi langsung secara gratis di venue. Tempat sampah yang disediakan pun dipilah berdasarkan jenis sampah bekas makanan (food waste), bisa didaur ulang (recyclable), dan tidak bisa didaur ulang (non-recyclable).  Gestur ini sederhana, namun sepertinya cukup ampuh untuk mengurangi polusi botol plastik yang senantiasa mewarnai panggung musik. Sayang, misi ramah lingkungan ini tidak disertai kesadaran dari penonton untuk membuang sampah pada tempatnya. Synchronize Fest 2019 ini cukup ampuh menarik pengunjung dengan beragam latar belakang dan selera musik. Andai saja pengisi acara tidak itu-itu lagi di tahun depan agar momen ‘music discovery’ makin menyebarkan semangat ‘movement’ yang diusung festival ini.

Reporter: Prasetya Ardhana – Meiska Wardianti/Editor: Novita Widia
Dokumentasi: Synchronize Festival 2019