Adiwarna 2019 : Gender, Mental Illness, hingga Sociopreneur
“Paranoia”
Adiwarna 2019: Gender, Mental Illness, Hingga Sociopreneur

SURABAYA – Adiwarna 2019 adalah pameran tahunan bagi para lulusan Universitas Kristen Petra jurusan Desain Komunikasi Visual untuk menunjukkan hasil tugas akhir mereka. The Display berkesempatan menghadiri pameran tersebut yang dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 23 – 25 Agustus 2019 di Chameleon Hall, Tunjungan Plaza 6, Surabaya. Tidak banyak ekspektasi kami sematkan pada sebuah pameran tugas akhir, karena toh, seringkali pameran sejenis hanya menampilkan karya para mahasiswa secara ala kadarnya. Namun kami melihat banyak proyek menarik dengan eksekusi profesional dari para mahasiswa DKV Universitas Kristen Petra. Tiba di tempat pameran, kami disambut oleh booth sponsor dan tenant F&B yang telah disiapkan. Bebeberapa sponsor mengadakan booth interaktif dimana para pengunjung bisa merasakan atau mencoba produk yang mereka tawarkan. Bergeser sedikit sebelum pintu masuk pameran, terdapat spot photobooth yang dijaga oleh panitia yang membebaskan para pengunjung mengabadikan momen bersama teman-teman.

Masuk ke dalam area pameran, kami disambut dengan beberapa banner besar yang berisi daftar lengkap para pelaku pameran. Samuel Christian selaku media relation officer dari Adiwarna 2019 menjelaskan bahwa kali ini mahasiswa DKV angkatan 2015 berkesempatan untuk menunjukkan hasil karya mereka. Area pameran dibagi menjadi beberapa sekat booth berukuran sekitar 1 x 2 meter yang boleh didekorasi sedemikian rupa untuk menarik perhatian para pengunjung. Di area awal kami melihat beberapa karya di bidang film. Mengangkat tema “Antaradar”, pameran ini terbagi menjadi beberapa sub-kategori yakni Branding, Social Campaign, Illustration, Photography, Packaging, Book, Audio Visual, Board Game dan Thesis.

Adiwarna 2019 : Gender, Mental Illness, hingga Sociopreneur
Jessica Amanda dengan Tesis “Analisis Iklan TV Downy”

Booth pertama terdapat mahasiswa membuat sebuah film dengan berbagai sarana pendukungnya seperti buku panduan, poster, flyer, stiker, dan X-Banner yang menunjukkan tentang sinopsis film, genre film, dan teknik artistik yang mereka gunakan dalam film tersebut. Melangkah lebih jauh, kami melihat ada sebuah booth yang tampak minim dekorasi. Ternyata booth tersebut diisi mahasiswa yang menampilkan tesis. Kami berbicara dengan Jessica Amanda yang menampilkan tesis berjudul “Analisis Iklan TV Downy:”. Judul tersebut ia ungkapkan mampu dirampungkan hingga selesai dalam waktu 5 bulan. Lebih lanjut tentang topik dalam tesisnya, ia berujuar “Sebenarnya saya bukan mengamati kemunculan gender secara spesifik di campaign iklan ini. Tapi lebih ke bagaimana ada transformasi atau perubahan sosok perempuan di iklan pelembut pakaian ini. Di awal kemunculannya, model atau brand ambassadornya lebih ke sosok ibu rumah tangga yang tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan rumah. Tapi di era sekarang, model yang dipilih adalah wanita yang modern, mandiri, dan memiliki self-confidence.”

Perhatian kami pun kemudian jatuh pada beberapa bingkai foto yang bertone dingin dan memancarkan aura misterius. Nikita Olivia, sang fotografer mengungkapkan bahwa ia ingin mengangkat topik skizofrenia lewat karyanya yang diberi judul “Paranoia”. Penderita mental illness seringkali mendapat stigma negatif di masyarakat Indonesia, dengan mayoritas lebih memilih kata ‘gila’ untuk melabeli para penderitanya. Nikita Olivia melakukan proses pemotretan di De Javasche Bank alias Museum Bank Indonesia di Surabaya. Ada dua model wanita yang merepresentasikan penderita skizofrenia dengan halusinasinya. Tidak sekadar hasil karya semata, Adiwarna 2019 juga menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan sekitar lewat social campaign. Topik ini diambil oleh Cherlita Christianti yang menciptakan gerakan zero waste lewat “Kekno Klambimu”. Istilah bahasa Jawa yang artinya ‘berikan bajumu’ ini mendaur ulang pakaian bekas menjadi produk baru yang bermanfaat. Salah satu contohnya ialah kaos yang diubah menjadi tote-bag, dan masih banyak lagi. Ivana Tammy mengenalkan proses Branding yang ia lakukan untuk sebuah merk kukis kering yakni Nick’s Cookies. Ia mengaku terinspirasi dari sosok owner dalam membuat ilustrasi utama serta keseluruhan branding untuk produk tersebut.

Adiwarna 2019 : Gender, Mental Illness, hingga Sociopreneur
“Paranoia”

Samuel Christian menjelaskan bahwa para dosen DKV dari Universitas Kristen Petra melakukan kurasi ketat untuk menyaring mahasiswa dengan tugas akhir yang paling menarik untuk dipresentasikan ke khalayak luas. Ia melanjutkan bahwa tugas akhir ini nantinya akan dinilai oleh juri yakni Timoty Hendrawan Creative Director of Trisula, Trivet Sembel the CEO of Proud Media Group (Parent Company of Proud Project and Folkative) dan Danis Sie Design Director of Sciencewerk yang akan diumumkan di hari ke-3 pameran. Selain pameran, Adiwarna 2019 juga menampilkan berbagai seminar, talkshow, dan workshop antara lain “Creating The Right Impression Through Brand Activation Seminar” dari Timothy Hendrawan, “Your Brand, Your Content, Your Creation Seminar” dari Trivet Sembel, “Creative Journaling Workshop” dari @prettyhappypaperie , “Abstract Embroidery Tote Bag Workshop” dari @punikahandmade dan “Design Business Ecosystem & Internal Project Management Seminar” dari Charles Rezandi & Stefanus Ardi. Agar suasana pameran makin meriah, ada juga iringan musik dari Dilema Helvetica, Kesha, dan Eldwen Lang.

Melihat semangat para mahasiswa dalam menampilkan karyanya, para pengunjung bisa dipastikan akan pulang membawa inspirasi tersendiri dari pameran Adiwarna 2019. Para fresh graduate, freelancer, job-seeker, dan mereka yang membutuhkan jasa desain, fotografi, videografi, hingga branding juga diberi kesempatan untuk berjejaring lewat papan Connect & Co-Work. Kreativitas para mahasiswa terbukti mampu memukau para juri dan kami tidak sabar untuk berjumpa kembali di Adiwarna 2020!