“Frantic Semantic”, EP dari Grow Rich yang Menebar Spirit Punk lewat Rilisan Shoegaze/Indie Rock
Saya pikir band shoegaze/noise pop di Indonesia yang punya durasi setara dengan genre hardcore punk atau punk rock baru Grow Rich, sebuah unit musik asal Jakarta yang menunjukkannya lewat EP “Frantic Semantic”. Ketika saya biasanya menemui atau menonton band shoegaze yang fokus menikmati noise, reverb, delay dan segala macam modulasi yang diinginkan, Grow Rich memfungsikan segala modulasi efek tersebut sebagai sarana bercerita dan sarana bersenang - senang ala punk rock. Jadi bisa dibayangkan ya, kalau misalnya Oyi, Abdur Rahim Latada akhirnya memutuskan untuk lebih sering tampil live daripada produksi di studio. Lewat penampilan live-nya, mungkin para penonton tidak lagi sibuk “shoegazing” (literally) tapi sibuk crowdsurfing. Sebagai contoh, lagu pertama dari EP “Frantic Semantic” yang berjudul “Bounce Back” menyuguhkan lirik sederhana repetitif dan melodi yang catchy. Hal ini berpadu padan dengan sinkronisasi bass dan drum yang padat, cepat dengan reverb pekat. Wajar saja, karena Arya a.k.a @arya.blood dari Dead Vertical masih dipercaya untuk mengisi departemen drum.
“Bounce Back” sendiri bercerita tentang konsep bangkit atau bounce back, memantul kembali, kembali di atas setelah situasi sulit yang memaksa ndlosor atau tiarap dahulu untuk mengumpulkan tenaga untuk nge-bounce lagi. Lagu ini multi-interpretatif, bisa bercerita tentang cinta lama yang bersemi kembali, bisa juga tentang bangkit dari kebangkrutan atau kegagalan. “Bounce Back” merupakan introduksi catchy untuk “Frantic Semantic” dengan hadirnya pelembut kerasnya struktur lagu ini dengan warna vokal wanita yang halus dari Cika Fransisca. Kalau familiar dengan indie pop-shoegaze ala Lush maupun Lassie Foundation, mungkin lagu ini cocok untuk kalian nikmati. Departemen vokal juga tidak hanya diisi Oyi dan Cika, namun juga Nino aka @austinpowwaa, vokalis band @primepowerrr, band hardcore Jakarta yang belum lama ini dirilis oleh @truesidejakarta. Nino juga mengisi paduan vokal di “Bounce Back” bersama Cika aka @fransiscaratry yang juga jadi vokalis di tembang terakhir dalam album ini.
Masuk ke satu-satunya lagu berbahasa Indonesia disini “Kawan Lama” merupakan sebuah ode untuk para kawan - kawan kita yang menghilang karena perubahan keadaan, menyisakan memori baik maupun buruk. Mungkin ini juga sebagai ode kepada orang-orang yang dulu kita anggap kawan namun pergi karena akhirnya sebuah keributan, mungkin karena hutang atau rumitnya percintaan. “Kawan Lama” juga bisa menjadi ode untuk para kawan kita yang berangsur menjauh karena kesibukan dan hilang kontak karena pindah pekerjaan tidak pernah pengumuman. Sekali lagi “Kawan Lama” juga dibawakan dalam durasi dibawah tiga menit yaitu 2 menit lebih 2 detik. Dari “Bounce Back” sampai “Kawan Lama”, bisa terlihat perubahan dari EP terdahulu “Senin Lempuyangan” yang lebih indie-rock ke “Frantic Semantic” yang lebih merepresentasikan “beautiful noise”. Meskipun begitu, satu benang merah yang menyatukan rilisan band ini yaitu fast and fun. Lead gitar yang ciamik juga diisi oleh Pandu Fuzztoni aka @pandufuzztoni, yang sudah tidak asing lagi di dunia musik tanah air lewat Morfem dan The Adams. Terima kasih untuk tangan dingin Iskandar Azis aka @kandarbox dalam departemen produksi dan paska produksi sehingga “Frantic Semantic” bisa mendapatkan sound yang sesolid ini.
Masuk lagu ketiga yakni “Tenderfoot”, kamu akan menikmati nomor terpendek di EP ini yang berdurasi 59 detik saja. “Tenderfoot” bercerita tentang balada seorang novice, newbie atau pemula – sebuah ungkapan dalam bahasa inggris Amerika yang sudah dipakai sejak dekade 1800-an atau jaman Wild West. Dengan dua baris lirik “Fear, anxiety, don’t let them stop you” dan “Come what may!”, seakan menjadi sebuah anthem bagi para anak baru yang masih hijau terjun dalam dunia kerja, dunia seni atau dunia apapun yang ia kejar sesuai passionnya. Satu poin plus lainnya, lagu ini juga cocok dijadikan ringtone agar semangatmu tetap membara.
Kucing selalu menjadi subjek favorit Grow Rich dan inspirasi dari hewan berbulu ini tak hanya berhenti di EP “Senen Lempuyangan” lewat lagu “Poo She Whack On”. Album “Frantic Semantic” secara literal telah menjadikan kucing sebagai cover art (dibuat oleh @gagadc), sekaligus hewan ini menjadi tema lagu keempat dan terakhir yang diberi judul “Cat Flag”. Nomor tersebut bercerita tentang suka duka memasuki jenjang kedewasaan seorang manusia dan segala rintangan yang selalu dihadapinya. Judul “Cat Flag” sendiri merupakan sebuah ode kepada Greg Ginn (gitaris Black Flag) yang mengubah rumahnya menjadi shelter untuk banyak kucing jalanan.
EP ini sudah dapat dinikmati dan dibeli lewat kanal digital Bandcamp dari Grow Rich yang bisa kamu akses di sini. Meskipun hanya dirilis dengan terbatas di platform tertentu, tidak ada salahnya memasukkan satu karya “cyberpunk” ini ke dalam koleksi musik digital kita.
Reviewer: Akhmad Alfan Rahadi (Penulis dan Pengamat Musik)
Editor: Novita Widia