Eksposur Seni Kriya dan Kuliner Melalui BINAR 2019
BANDUNG (31/3) – Mahasiswa seni rupa dan desain dari Institut Teknologi Bandung dari prodi Seni Kriya telah sukses menggelar pameran bertajuk BINAR 2019 akhir pekan lalu. Pameran yang digelar selama tiga hari berturut-turut tersebut memberikan eksposur terhadap penikmat seni tentang bagaimana seni kriya hari ini bisa tetap bertahan di tengah zaman yang serba digital dan mengusun estetis yang berbasis digital pula. Mengambil kuliner sebagai sub-tema dari keseluruhan pameran ini, para mahasiswa seni kriya mengemasnya menjadi pertunjukan karya yang cukup solid. Belasan karya yang masuk dan berhasil melalui tahap kurasi ini menjadi karya seni yang begitu eksperimental dan juga susah-gampang untuk dapat dicerna secara sekilas. Bagi pelaku seni yang jarang bersentuhan dengan disiplin ini, memang cukup susah untuk menemukan benang merah karya terhadap relevansi topik yang diangkat. Akan tetapi, masing-masing instalasi dan karya yang tersaji menunjukkan ciri khas masing-masing seniman yang membuat kami optimis terhadap masa depan dunia seni Indonesia.
“BINAR 2019 ini terdiri dari beberapa prodi; seperti seni rupa dan desain, seni murni dan lainnya sehingga yang dipresentasikan menjadi lebih menarik lagi, yang menjadikan karya seni eksperimental yang diangkat terlebih seni kriya sendiri tidak banyak penggiat serta penikmatnya,” tanggap Luthfia selaku tim di balik pelaksanaan BINAR 2019 tersebut. Para pengunjung disambut ke dalam tiga ruangan antara lain ruang eksibisi, ruang interaksi dan ruang art market. Dasar tema eksperimental yang dipadu-padankan dengan respon kuliner menjadi satu ikatan kuat antar pelaku dan penikmat, komponen yang hadir didalamnya saling memberikan nafas. “Nama BINAR itu sendiri sebenernya simple sih. Kayak penikmat atau siapapun yang hadir disini nampak berbinar dengan tampilan bahkan sajian yang sudah dirancang,” imbuh Luthfia.
Melalui pameran tersebut, seni kriya tampil sebagai daya tarik utama dan publik bisa mengakses pengetahuan lebih jauh tentang keilmuannya. Para mahasiswa yang karyanya dipamerkan juga memberikan pandangan atas keresahan mereka dengan seni kriya. Karya mereka seolah berbicara bahwa seni kriya bukanlah terapan semata seperti yang hadir dalam kurikulum SD atau SMP, tapi lebih menekankan bahwa seni tersebut bisa tampil lebih menawan dan dapat dinikmati berbagai kalangan sekaligus mempunyai daya jual yang bisa dieksplorasi lebih jauh.
Reporter: Zakaria Arya/Editor: Novita Widia