Review: “Burning” Hadirkan Drama Romantis dan Thriller Sekaligus
Ada sebuah pepatah dalam bahasa Inggris yang bilang bahwa kecemburuan bisa membunuh, dan nampaknya pepatah tersebut divisualisasikan dalam film “Burning” asal Korea Selatan. Film ini masuk ke dalam seleksi tahap 2 dari Academy Awards kategori Best Foreign Language Film ini berhasil menyingkirkan kandidat kuat lainnya seperti Marlina The Murderer in Four Acts dari Indonesia. Disutradarai oleh Lee Chang Dong, “Burning” merupakan comeback-nya setelah 8 tahun abstain tanpa menelurkan sebuah karya. Lee Chang Dong mengajak serta Yoo Ah In untuk memerankan Lee Jong-Su, seorang pemuda yang baru lulus kuliah dan sedang kesulitan menjari kerja. Di tengah kerja serabutan yang ia tekuni, ia bertemu teman sekampung halamannya bernama Shin Hae-Mi (Jeon Jong-Seo) yang tidak ia kenali karena telah operasi plastik. Mereka berdua pun makan bersama dan menceritakan kisah masing-masing. Hae-Mi berencana akan pergi ke Afrika untuk bertemu suku Bushman yang memiliki filosofi unik. Ia meminta tolong Jong-Su untuk memberi makan kucingnya selama ia pergi. Jong-Su pun mulai jatuh cinta padanya dan berharap ia cepat kembali ke Korea.
Saat kembali ke Korea, sayangnya ia mengajak Ben (Steven Yeun), pria Korea yang ia temui ketika terjebak di bandara Kenya saat terjadi pengeboman. Ben yang kaya raya dan masih muda mulai memikat Hae-Mi sehingga menimbulkan kecemburuan dari Lee Jong-Su. Saat mereka bertiga bertemu, Ben mengungkapkan rahasia atau hobi anehnya yakni membakar greenhouse di pedesaan selama dua bulan sekali. Hal ini tentu saja membuat Jong-Su penasaran setengah mati, terutama setelah Ben bilang bahwa selanjutnya ia akan membakar greenhouse di dekat kampung halaman Jong-Su di Paju, Korea Selatan. Diadaptasi dari cerpen 10 halaman karya Haruki Murakami, Lee Chang Dong banyak memasukkan dialog filosofis dan metaforis yang mungkin bisa membuatmu bingung ketika pertama kali menontonnya. Ketika kamu berpikir bahwa film ini adalah drama romantis, semuanya berubah menjadi thriller saat Hae-Mi menghilang dan tidak bisa dihubungi.
Lee Chang Dong sangat piawai merekam adegan-adegan artistik dan sinematis sehingga tidak tampak canggung untuk dilihat. Karakter Jong-Su juga diperankan amat baik oleh Yoo Ah In dimana ia menyimpan banyak kompleksitas karakter yang ditimbulkan dari sang ayah yang abusif serta obsesinya terhadap Hae-Mi. “Burning” memilik pace yang cukup lambat layaknya tipe film slow-burner, selain itu, film ini juga menyimpan banyak metafora dan misteri yang memang sengaja dibiarkan menggantung tanpa jawaban oleh sang sutradara. Sampai film berakhir pun, kami masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dan apakah semua itu hanya asumsi atau kenyataan. Film ini dijamin akan membuatmu berpikir keras dan menganalisa semua petunjuk di dalamnya.