Via Vallen versus JRX SID Sunset di Tanah Anarki
Sumber: Instagram @viavallen dan @jrxsid
Menyimak Perseteruan JRX SID vs Via Vallen: Timeline, Cover Karya di Mata Hukum, dan Beberapa Perspektif Berbeda

Cover lagu adalah sesuatu yang telah jamak ditemukan di industri musik, hal ini juga banyak dilakukan oleh musisi tanah air. Sebut saja D’Cinammons yang sukses mengcover lagu dari Yana Yulio “Selamanya Cinta” atau Rossa yang menyanyikan kembali lagu dari Fariz RM berjudul “Sakura”. Keduanya muncul menjadi salah satu track resmi yang direkam di studio dan dikomersilkan melalui berbagai format rekaman. Tentu saja, keduanya telah mendapat ijin dari sang empunya lagu untuk menyanyikan kembali karya-karya mereka. Namun, cover lagu secara live jauh lebih susah untuk dikontrol penyebarannya. Baru-baru ini, drummer dari band punk Superman Is Dead, I Gede Ari Astina alias JRX, mempermasalahkan cover lagu dari bandnya bertajuk “Sunset di Tanah Anarki” yang dilakukan oleh penyanyi dangdut Via Vallen. Bagaimana awal mula masalah ini muncul? Mari kita simak kronologinya dan belajar bersama tentang hukum mengcover karya orang lain baik dalam versi rekaman atau live di bawah ini.

Timeline

    • Superman Is Dead, band punk asal Denpasar, Bali merilis album “Sunset di Tanah Anarki” di bulan Oktober 2013 via Sony Music Entertainment. Lagu SDTA jadi salah satu andalan dari album ini karena bernafaskan perlawanan kaum marjinal. Melalui lagu ini pula, SID menyorot kesalahpahaman masyarakat Indonesia dalam mengartikan anarki yang diidentikkan dengan kekerasan (violence). Sejatinya anarki diartikan sebagai suatu kondisi di mana tidak adanya kekuasaan absolut alias pemerintahan. Masyarakat dianggap dapat mengatur nasibnya sendiri melalui sistem self-govern. Gerakan ini telah diimani dan dijadikan pedoman bagi munculnya budaya punk.
    • Bulan Maret, tepatnya tanggal 26 Maret 2014, Superman Is Dead merilis video klip resmi dari lagu “Sunset di Tanah Anarki” melalui kanal label rekamannya.
    • Menurut rekam jejaknya, penyanyi dangdut Via Vallen memulai karirnya sebagai spesialis dangdut koplo sejak berusia 15 tahun. Bersama OM Sera, orkes yang seringkali mendampinginya dari panggung ke panggung, ia membawakan beberapa lagu cover serta original yang digubah sedemikian rupa menjadi lagu dangdut koplo. Di Youtube, “Sunset Di Tanah Anarki” bisa ditelusuri pertama kali ditampilkan 4 tahun lalu yakni tahun 2014, selang setahun setelah SID merilis albumyna. Video tersebut diunggah pada tanggal 25 September 2018 tanpa mencantumkan tanggal asli Via Vallen dan OM Sera menampilkannya secara live.
    • Tercatat di tahun 2015, 2016, hingga 2017, penyanyi dangdut yang bernama asli Maulidia Octavia ini masih kerap menyanyikan “Sunset di Tanah Anarki” di beberapa kesempatan manggung off air.
    • Beberapa pihak yang mengabadikan penampilannya secara live, membuat versi DVD dan VCD-nya yang ditengarai dijual secara ilegal tanpa ijin dari Superman Is Dead ataupun musisi-musisi lain yang lagunya dicover. Tentu saja keuntungan ini diraih oleh pihak yang merekam dan menduplikasikannya.
    • Di selang waktu yang hampir bersamaan, beberapa album kompilasi dari penyanyi ini dirilis secara digital dan lagu “Sunset di Tanah Anarki” tidak ditemukan sama sekali. Justru di album “Best Cover Collection” yang dirilis di tahun 2017 via Markoplo Records ada lagu milik penyanyi mancanegara seperti SIA, John Legend, Rihanna serta musisi lokal seperti Armada dan Jamrud yang dinyanyikan secara koplo. Sebelumnya Via Vallen juga telah merilis sebuah album cover berjudul “Slow Rock Malaysia Koplo” di tahun 2010 yang dinyanyikan bersama Wiwiek Sagita.

    • Mulai tahun 2016, Via Vallen mulai dilirik oleh industri musik nasional hingga diundang di ajang penghargaan SCTV Music Awards. Lagu-lagu koplonya mulai populer di masyarakat luar Jawa Timur dengan lagu andalan “Sayang” yang banyak mencuri perhatian para pendengar. Usut punya usut, lagu “Sayang” ini bukan karyanya sendiri melainkan karya grup NDX AKA yang diciptakan oleh Anton Obama yang ternyata mengambil notasinya dari lagu Jepang berjudul “Mirae e”. Kontroversi tentang lagu ini telah dijabarkan dengan cukup runtut oleh CNN Indonesia di artikel ini.
    • Di awal tahun 2018, Via Vallen secara resmi merilis album “Sayang” yang semakin melejitkan namanya di dunia dangdut. Ia juga didapuk menyanyikan soundtrack resmi ajang Asian Games 2018 dan terlibat di beberapa proyek sebagai brand ambassador produk ternama.
    • Superman Is Dead merilis album penuh terbaru mereka berjudul “Tiga Perompak Senja” di tanggal 9 November 2018 di berbagai layanan streaming digital.

  • Di hari yang sama, salah satu Outsider (sebutan fans Superman Is Dead) mengeluarkan cuitan bahwa lagu “Puisi Cinta Para Perompak” kemungkinan akan dicover Via Vallen. JRX menanggapi hal ini dengan sarkastik yang bisa dilihat secara lengkap di sini.
  • JRX, (mungkin) memanfaatkan momen perilisan ini untuk mengingatkan penyanyi Via Vallen untuk tidak mengcover karya Superman Is Dead. Melalui cuitan di sosial medianya, JRX menganggap lagu-lagu di album “Tiga Perompak Senja” mempunyai potensi untuk dinyanyikan kembali oleh Via Vallen dan dikomersilkan lewat berbagai format seperti yang telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Melalui serangkain cuitan dan unggahan Instagram, Jrx juga menyayangkan Via Vallen yang tidak memanfaatkan ketenaran dan kekayaannya untuk mendukung gerakan yang didukung oleh Superman Is Dead yang disuarakan lewat lagu “Sunset di Tanah Anarki”.

___________________

Pengcoveran Karya di Mata Hukum dan Komersialisasinya

Undang-Undang di Indonesia telah mengatur perihal Hak Cipta yang disahkan di tahun 2014. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menjelaskan secara rinci tentang definisi Hak Cipta. Menurut pasal 1 di Undang-Undang yang telah disebutkan, “Hak Cipta adalah hak ekslusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dari pengertian tersebut, Superman Is Dead mempunyai hak penuh untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas karyanya termasuk dari lagu “Sunset di Tanah Anarki”.

Via Vallen posisinya dianggap sebagai pelaku pertunjukan yang menyanyikan lagu “Sunset di Tanah Anarki” di beberapa sesi manggung. Beberapa pihak memanfaatkan momentum tersebut untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan memperbanyak dan menjualnya dalam bentuk DVD atau VCD. Dari sini, bisa kita simpulkan bahwa ada tiga pihak yang terlibat yakni Superman Is Dead sebagai pemilik karya, Via Vallen sebagai pelaku pertunjukan karya, dan si pemeroleh keuntungan komersil dari penggandaan karya Superman Is Dead dan Via Vallen.

Dilansir dari pernyataan resmi sang penyanyi di Instagram ia mengaku pihaknya tidak pernah mendapat keuntungan sama sekali dari penjualan DVD atau VCD yang memuat penampilannya menyanyikan “Sunset di Tanah Anarki”. Sehingga pernyataan atau lebih bisa disebut sebagai dugaan dari JRX bahwa Via Vallen memonetisasi cover lagu dari “Sunset di Tanah Anarki” tidak terbukti. Mungkin keuntungan yang dimaksudkan tidak terjadi secara langsung, akan tetapi Via Vallen bisa memperoleh ketenaran dengan cover ini di kalangan penggemar Superman Is Dead atau bahkan massa yang lebih luas. Hal ini tentu saja berimbas pada peningkatan jumlah penggemar, intensitas manggung, atau bahkan kontrak rekaman yang secara tidak langsung berimbas pada peningkatan pendapatan. Kalau disederhanakan bisa dilihat dalam diagram di bawah ini.

Via Vallen versus JRX SID Sunset di Tanah Anarki
Olahan redaksi The Display

Lebih lanjut mengenai cover lagu dari musisi orisinil, karya yang mendapatkan keuntungan komersil seharusnya memperoleh ijin (lisensi) dari sang pemilik Hak Cipta. Setelah memperoleh ijin, karya bisa dikomersilkan dalam jangka waktu tertentu yang diatur melalui kesepakatan pihak-pihak yang terlibat. Menurut Undang-Undang Hak Cipta sendiri, suatu karya atau ciptaan memiliki masa berlaku selama masa hidup pencipta dan berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal. Secara teknis, Via Vallen boleh secara bebas  menyanyikan lagu “Sunset di Tanah Anarki” setelah 70 tahun Superman Is Dead is dead (meninggal) tanpa harus takut dituntut atau diperkarakan. Selama band tersebut hidup dan sehat walafiat, tentu saja siapapun yang ingin membawakan kembali karya mereka harus mendapat ijin.

_____________

Dua Perspektif Mengamati Perseteruan JRX vs Via Vallen

  1. Superman Is Dead (JRX)

Dilansir dari pernyataan resminya lewat sebuah unggahan di Instagram, JRX menyayangkan lagu “Sunset di Tanah Anarki” yang seakan kehilangan ruh aslinya. Lagu ini dianggap sakral karena berisikan perjuangan kaum marjinal melawan penguasa. “Berkontribusilah utk gerakan melawan lupa, atau pelurusan sejarah 65, perjuangan Kendeng, dll, ada banyak sekali hal yang bisa VV lakukan tanpa harus keluar duit,” tulis JRX dalam unggahan tersebut. Apabila kami berada di posisi JRX sebagai pemilik karya, akan sangat sedih melihat sebuah lagu yang sarat akan perlawanan ini hanya tersaji sebagai sarana untuk memperluas fanbase, tanpa memahami dan mengamalkan pesan-pesan di dalamnya. Belum lagi, tidak ada itikad baik dari Via Vallen dan tim untuk memohon ijin baik tertulis ataupun verbal untuk membawakan karya ini.

 

View this post on Instagram

 

Mungkin banyak pertanyaan. Kenapa baru sekarang saya sentil VV? Simpel. Karena album SID yg baru saja rilis ini penuh akan lagu potensial yg sangat mungkin dijadikan versi dangdut/koplo nya. Dan jika kami diamkan, bisa jadi VV, atau penyanyi semacam dia akan melakukannya lagi; memperkaya diri memakai karya orang lain sekaligus membunuh ruh dari karya tersebut. OK 2013, lagu Sunset di Tanah Anarki kami ikhlaskan, mindset kami saat itu cukup naif; anggap saja membantu struggling musician. Sampai dia bikin DVD segala, dikomersilkan, rapopo Nah, kekesalan ini muncul setelah melihat transformasi seorang VV. Di mana posisinya saat ini, VV harusnya sudah belajar jadi manusia, jangan bisanya hanya mengambil saja. Selama ini nyanyi SDTA ribuan kali, lirik lagu kami ga ada artinya bagi dia? Setelah sukses, apa yg kamu bisa lakukan utk mengapresiasi karya yg membawamu ke tempat yg lebih baik? Dengan followers berjuta, minimal berkontribusilah utk gerakan melawan lupa, atau pelurusan sejarah 65, perjuangan Kendeng, dll, ada banyak sekali hal yg bisa VV lakukan tanpa harus keluar duit SID sudah pasti akan bangga jika VV, atau siapapun yg hidup dari karya SID, manfaatkan fame nya utk cinta yg lebih besar. Bukan hanya tuk perkaya diri dan keluarganya. Ini yg membuat saya marah. Selama ini nyanyi SDTA apa ya yg ada di dalam kepalanya? Lagu ini pesannya besar, sungguh humanis, pun disampaikan dengan lirik dan video klip yg sangat literal. Wajar saya merasa mereka dengan sadar merendahkan substansi lagu ini atas nama popularitas semata. Itu sangat manipulatif dan menjijikkan Saya ga akan nuntut nominal apapun dari VV atau penyanyi lain yg pernah/masih hidup atas karya SID. Hanya berharap kalian lebih bijak ketika berurusan dengan musik kami. SID bukan cuma band. Kami lebih besar dari hiburan. Uang, fame, rupa, bukanlah segalanya, ada hal yg lebih tinggi bernama INTEGRITAS. Terima kasih, JRX

A post shared by JRX (@jrxsid) on

Poin yang ditekankan oleh JRX di kasus ini adalah dua hal tersebut, tidak adanya ijin dan lagu yang kehilangan makna aslinya. Semua musisi pasti akan merasakan hal serupa apabila karyanya diperlakukan seperti ini. Ia melihat Via Vallen sebagai seorang figur publik yang telah memiliki lebih dari 10 juta follower di Instagram, serta penggemar garis keras yang tidak sedikit, seharusnya  Via dapat memanfaatkan posisinya untuk menaikkan isu-isu sosial di negara ini. Apabila royalti atau lisensi tidak dipermasalahkan, penghasilan sang biduanita bisa saja disumbangkan ke masyarakat tertindas yang tidak memiliki kekuatan dana melimpah. Sejauh ini, lontaran kalimat teguran dari JRX tentu saja bisa dimaklumi dan sangat berdasar.

  1. Via Vallen

Budaya dangdut koplo yang banyak tersebar di Pulau Jawa tidak pernah mewajibkan biduannya untuk membawakan karya orisinil. Banyak dari para penyanyi ini menyanyikan ulang lagu dangdut yang telah ada, hingga mengaransemen lagu populer menjadi dangdut koplo termasuk Via Vallen. Dalam posisinya, menyanyikan lagu “Sunset di Tanah Anarki” hanyalah salah satu dari sekian banyak lagu cover yang ia bawakan dari panggung ke panggung. Pemahaman akan lirik serta makna lagu tidak diharuskan karena toh, yang penting penonton bisa goyang.

Dipandang dalam perspektif lain, Via Vallen bisa jadi menginterpretasikan lagu ini secara berbeda. Lirik lengkap dari “Sunset di Tanah Anarki” yang bisa dilihat di tautan ini, memang tidak secara gamblang menyebutkan adanya isu sosial yang harus disuarakan. Mengingat, pemahaman manusia yang bisa berbeda-beda dalam mencerna lirik lagu, bisa jadi lagu ini diartikan sebagai lagu cinta-cintaan, ya kan? Di sini Via Vallen mempunyai justifikasi untuk melawan pernyataan JRX. Wanita asal Jawa Timur ini juga mempermasalahkan bahasa merendahkan yang digunakan JRX untuk menegurnya. Selain itu apabila ditilik dari perspektif penganut punk, toh, di sistem tatanan masyarakat yang benar-benar anarki, tidak ada status kepemilikan penuh terhadap suatu hal termasuk karya. Jadi ya, sah-sah saja menyanyikan kembali lagu-lagu dari Superman Is Dead. Hehehe…

_______________

Korelasi Musik Punk dan Dangdut

Via Vallen versus JRX SID Sunset di Tanah Anarki
Sumber: Freepik diolah kembali oleh The Display

Musik punk dan dangdut sama-sama berasal dari tingkatan grass root. Keduanya sedikit banyak memiliki kemiripan dalam menyentil hal-hal yang dialami rakyat kecil sehari-hari. Dalam beberapa lagu dangdut, baik koplo maupun bukan, fenomena kemiskinan, kesenjangan sosial, dan susahnya hidup sebagai kaum tertindas disuarakan dalam lirik-lirik lugas. Sebut saja lagu “Sudah Tahu Aku Miskin” milik Muchsin Alatas, yang menyuarakan adanya penolakan cinta diakibatkan si lelaki tidak mampu mencukupi kebutuhan pasangannya, pedih sekali bukan? Demografi penggemar musik ini menurut survei yang dilakukan oleh Skala Survei Indonesia didominasi oleh mereka dengan pendidikan rendah. Tentu saja memasukkan diksi yang berat ataupun multi-interpretatif tidak dianjurkan dalam penulisan lirik lagu dangdut. Pesannya nggak nyampe bro, seperti itulah kesimpulannya.

Lain lagi ketika kita berbicara grass root yang ditargetkan musik punk. Tumbuh dan berkembang di daratan Eropa, musik punk muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem pemerintahan yang gagal menyejahterakan rakyat. Salah satu pionirnya adalah Sex Pistols yang sangat vokal mengkritik pemerintahan Britania Raya dan bahkan mengolok-olok kepala negara Ratu Elizabeth II lewat karya dan live performance-nya. Menurut jurnal yang ditulis oleh Ryan Moore berjudul “Postmodernism and Punk Subculture: Cultures of Authenticity and Deconstruction”, dalam perjalanannya punk tumbuh lebih dari sekedar musik namun sudah menjadi gaya hidup dan pedoman. Banyak band punk memasukkan agenda sosial atau politik lewat karyanya, termasuk Superman Is Dead.

Pada titik ini, meskipun sama-sama menyasar grass root, keduanya memiliki pendekatan dan demografi yang jauh berbeda. JRX dalam salah satu tanggapannya di Twitter menganggap kalau penonton Via Vallen mungkin tidak akan mengerti arti di balik lagu “Sunset di Tanah Anarki” apabila dibawakan seenaknya dan apabila ditelaah dari penjabaran sebelumnya, pernyataan ini bisa jadi benar. Dalam unggahan sebelumnya di Instagram, JRX memang tidak menuntut nominal dari semua musisi yang pernah, sedang, dan akan membawakan karya Superman Is Dead, asalkan memahami secara utuh substansi dari lagu tersebut. Jadi kesimpulannya, Mbak Via Vallen dan musisi lain bisa mulai memahami kembali lagu ini, memohon ijin, dan kalau sudah disetujui, himbaukan bagi para penggemarnya untuk mengetahui isi dan maksud lagu “Sunset di Tanah Anarki” sehingga selain goyang dan bersenang-senang, mereka bisa membawa pulang pengetahuan baru. Hendaknya Bli JRX juga tidak menggunakan kata-kata merendahkan untuk mengingatkan, di ujung hari, semuanya tetap butuh panggung biar tetap makan. Yo yo ayo damai yo, biar semua senang dan semua tenang~