Review: “Mara”, Film Horor Terjelek Yang Kami Saksikan di 2018
Film horor berjudul “Mara” benar-benar membuat kami ‘marah’ seusai menontonnya. Bukan karena ceritanya yang menegangkan atau menguras emosi, sumber kemarahan kami justru berasal dari eksekusi film yang berantakan serta plot yang sungguh mudah ditebak. Film besutan Clive Togen ini bercerita tentang sosok makhluk halus bernama “Mara” (Javier Botet) yang menghantui orang-orang yang sedang mengalami ‘sleep paralysis’ alias tindihan dalam istilah Indonesia. Sepasang suami istri harus menjadi korban pertama dari Mara ketika si suami mati di dalam tidurnya. Sang istri yang dituduh sebagai pembunuh harus menghabiskan sisa hidupanya di rumah sakit jiwa yang menyebabkan trauma serta rasa bersalah dari anaknya. Seorang psikolog yang memberikan terapi bagi anaknya ini kemudian menjadi heroine di plot ini dan mencoba menyelematkan sang anak dari incaran Mara yang muncul ketika seseorang merasa bersalah. Pertama-tama, tokoh pahlawan di film ini sungguh klise dan segala tindakan serta ketelodarannya mudah ditebak. Kedua, sosok dari Mara ini sendiri justru menimbulkan tawa daripada ketakutan karena cara berjalannya yang cukup aneh namun komikal di saat bersamaan.
Ketiga, plot twist yang ditaruh menjelang akhir film terkesan sangat memaksakan dan aksi si hantu melayang-layang malah nampak seperti adegan bloopers. Keempat, tone warna dari keseluruhan film ini sepertinya salah. Ketika banyak film horor dan misteri sengajak memberikan sentuhan warna dingin dan gelap, “Mara” justru mengambil warna yang hangat seperti banyak film drama. Jumpscare yang jarang ditemukan juga menambah kejengkelan kami terhadap film ini. Keempat, scoring atau tata suara yang merupakan salah satu elemen penting di film horor juga kurang membangun ketakutan serta suasana horor. Kelima, banyak plot holes alias beberapa lompatan atau jalan cerita yang hilang dalam film ini yang menyebabkan kami mengernyit kebingungan. Sepertinya Mara lebih tepat disebut film sulap, karena tiba-tiba sang tokoh telah sampai atau telah melakukan sesuatu yang tidak ditunjukkan dalam adegan. Menonton film yang dibintangi oleh Olga Kurylenko cukup dilakukan sekali seumur hidup, atau bahkan tidak sama sekali kalau memang tidak ada yang memaksa. Simply, don’t watch this movie and save your money for other movies on the cinema…