Synchronize Fest 2018 IndonesiaTidak Perlu Bule, Synchronize Fest Buktikan Musisi Indonesia Merajai Tanah Air!

JAKARTA – Seringkali banyak penyelanggaraan festival di dalam negeri hanya menggandalkan headliner yang berasal dari luar negeri. Inferiority complex yang banyak menjalar di pikiran masyarakat kita juga turut berkontribusi pada anggapan bahwa musisi dalam negeri kualitasnya lebih rendah atau tidak setara dengan yang berasal dari luar. Fenomena yang jamak kami tangkap lainnya adalah para promotor, event organizer, serta kolektif-kolektif menomorduakan musisi Indonesia dengan menempatkan mereka sebagai opening act, supporting act, atau apapun itu asal porsi utama diberikan pada musisi luar. Synchronize Festival yang menahbiskan diri sebagai sebuah gerakan atau movement dibandingkan sebuah festival musik muncul di tahun 2016 dan membawa angin segar di tengah serbuan musisi asing di panggung dalam negeri. Melaksanakan sebuah festival dengan skala nasional bukanlah hal mudah, ketika Synchronize Festival pertama kali digelar, kami percaya bahwa para penyelenggara yakni Demajors dan Dyandra Promosindo juga telah menggodok matang-matang konsep keseluruhan acara. Tidak mudah meyakinkan bahwa pesta musik selama tiga hari yang dikonsep, dieksekusi, diisi, dan dipersembahkan oleh, dari, dan untuk anak dalam negeri bisa sukses. Jujur saja, kami awalnya juga sedikit skeptis apakah festival dengan venue yang cukup luas serta enam panggung megah ini mampu menarik animo ribuan pengunjung.

Fenomena yang jamak kami tangkap lainnya adalah para promotor, event organizer, serta kolektif-kolektif menomorduakan musisi Indonesia dengan menempatkan mereka sebagai opening act, supporting act, atau apapun itu asal porsi utama diberikan pada musisi luar.

Synchronize Fest 2018 Indonesia
Rhoma Irama & Soneta

Penyelenggaraan Synchronize Fest tahun 2018 ini seolah membuktikan bahwa semua anggapan pesimis, komentar miring, serta keraguan yang hinggap pada acara ini 100% salah. Selama tiga hari penyelenggaraan mulai hari Jumat, 5 Oktober 2018 hingga Minggu, 7 Oktober 2018 berlangsung meriah. Tahun ini Synchronize Fest banyak mengundang banyak legenda-legenda musik tanah air mulai dari raja dangdut Rhoma Irama dengan grupnya Soneta, Dewa 19 yang bereuni dengan dua mantan vokalisnya Ari Lasso dan Once Mekel, PADI Reborn, Godbless, Sheila on 7, Jamrud dan masih banyak lagi. Tidak tanggung-tanggung, festival kali ini juga melebarkan sayapnya dalam menggandeng musisi-musisi dari seluruh pelosok negeri seperti Murphy Radio dari Samarinda, SATCF dari Malang, Manumata asal Maluku, Manjakani dari Pontianak, Nosstress dari Bali, Nasida Ria dari Semarang dan masih banyak lagi. Tidak ada lagi sekat antara musisi nasional dan daerah yang seringkali muncul ketika berbicara tentang festival musik. Para pengunjung semata-mata datang untuk menikmati musik yang apik, tanpa harus memikirkan dari mana penampil berasal.

Sekarang kita berbicara tentang genre, dan tentu saja mengkotakkan satu festival dengan satu genre musik saja terdengar sangat klise. Gelaran ini menggabungkan puluhan atau mungkin ratusan genre musik yang tersedia. Baik dari yang mainstream atau populer seperti pop, folk, rock hingga yang cukup unik seperti orkes, qasidah, dan eksperimental. Memang benar ada kalanya para penyelenggara festival hanya mengambil genre yang populer dengan jaminan jumlah penonton. Namun ada ungkapan bahwa ‘tak kenal maka tak sayang’ dan melalui pengalaman kami menyaksikan berbagai genre di festival yang terjadi di Gambir Expo tersebut, kami jadi sayang pada beberapa genre baru yang sebelumnya bahkan tidak pernah kami ketahui. XYZ Stage dan Gigs Stage terutama menjadi dua tujuan untuk melakukan pencarian terhadap musik-musik baru serta musisi potensial yang bisa jadi meledak di satu atau dua tahun ke depan. Dangdut yang dianggap musik kampungan oleh beberapa kaum urban, justru menjadi pemersatu bangsa di mana para penonton bergoyang mengikuti lantunan lagu-lagu klasik seperti “Santai”, “Judi” dan masih banyak lagi.

Synchronize Fest 2018 Indonesia
Zat Kimia

Selain genre beragam, terdapat banyak partisipasi dari seniman-seniman dalam negeri yang menampilkan instalasi, merchandise, serta karya mereka untuk dinikmati pengunjung. Dukungan penuh para sponsor seperti Bukalapak, Authentcity, Orang Tua dan beberapa lainnya juga menambah kenyamanan kami menjelajah area festival. Kami juga melihat demografi pengunjung yang sangat beragam mulai dari generasi 80-an yang tumbuh besar dengan musik Candra Darusman hingga generasi Z yang mengidolakan musisi Ramengvrl. Satu lagi yang patut kami acungi jempol adalah ketepatan waktu acara berlangsung, tidak peduli apakah penonton sudah memenuhi area panggung atau belum. Synchronize Festival 2018 patut menjadi festival percontohan bagi promotor atau penyelenggara lain yang membuktikan bahwa musisi Indonesia bisa menjadi raja di negeri sendiri. Kami ingin melihat banyak keterlibatan musisi dari daerah-daerah lain di Indonesia di masa depan!

This slideshow requires JavaScript.

Dokumentasi: Prasetya Ardhana (The Display) & Demajors