Review: Isu Sosial Politik Tidak Pernah Mati Lewat Album “Beberapa Orang Memaafkan” Milik .Feast
Melihat perkembangan musisi dari satu album ke album lainnya selalu menarik. Di dalamnya terdapat perubahan perspektif, pengaruh, hingga eksplorasi sound yang semakin luas. Band rock asal Jakarta, .Feast baru saja menelurkan karya terbaru mereka yakni sebuah mini-album berjudul “Beberapa Orang Memaafkan” yang terinspirasi dari peristiwa pengeboman gereja di Surabaya. Di album debut “Multiverses”, .Feast banyak memasukkan unsur pop culture seperti inspirasi dari film Godzilla serta Harry Potter dalam lagu-lagunya. Sedangkan “Beberapa Orang Memaafkan” secara tematik mengambil pendekatan yang 180 derajat berbeda dari album perdana mereka. Kali ini isu sosial politik menjadi menu utama yang secara lugas disajikan oleh .Feast dan seakan tahu bahwa topik ini tidak akan pernah mati, para pendengar menyambut hangat beberapa single awal yang dikeluarkan seperti “Berita Kehilangan” serta “Peradaban”. Dalam ulasan ini kami akan berusaha menitikberatkan lirik, musik, serta visual yang ditampilkan .Feast dan akan menyimpulkan pengalaman kami dalam mendengarkan album secara keseluruhan.
Album yang selanjutanya akan kami singkat sebagai B.O.M, diawali dengan intro yang berjudul “Apa Kata Bapak” yang berkolaborasi dengan Sir Dandy. .Feast seakan langsung menancapkan gas dan tidak segan-segan untuk langsung menyentil beberapa badan pemerintahan yang kali ini ditujukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Spoken words yang diiringi dengan irama jazz ringan dengan bantuan organ dan ketukan drum swing, mereka menyindir bagaimana organisasi yang seharusnya memberikan contoh bagi pendidikan Indonesia justru tidak berperan sama sekali. Beberapa slogan pendidikan seperti “Ing Ngarso sing Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” disebutkan hanya sebagai slogan semata namun tidak dipraktikkan. Judul dari lagu ini sendiri adalah sindiran bagi korps pemerintahan yang sering ‘patuh’ pada apa kata atasan mereka meskipun bisa jadi perintahnya melanggar peraturan. Apabila diperhatikan baik-baik, ada melodi dari lagu anak-anak “Do Re Mi” yang terdapat di layer ketiga lagu ini. Sangat subtle, tapi seolah menertawakan departemen yang harusnya peduli pada pendidikan anak usia dini.
Setelah intro yang cukup menohok, “Kami Belum Tentu” menyajikan irama rock ala .Feast yang khas dengan iringan tambourine serta awalan synth yang akan mewarnai keseluruhan lagu. Porsi gitar di lagu ini cukup krusial dalam memberikan nyawa serta kegarangan tersendiri, karena bisa jadi tanpanya, lagu “Kami Belum Tentu” bisa terdengar datar karena repetisi melodi. Secara lirik, lagu ini yang kami tangkap perspektifnya paling dekat dengan band ini maupun demografi pendengarnya. Sebagai anak muda yang sering dianggap antipati serta apatis terhadap segala gejolak politik, terkadang seringkali dilupakan bahwa generalisasi ini tidak berlaku bagi semua pemuda. Lagu ini hook-nya sangat antemik, dan akan sangat mudah menggodok semangat para pendengar apabila dibawakan secara live. Semangat muda yang ingin disampaikan menurut kami cukup tersampaikan dalam liriknya.
Lagu ketiga “Padi Milik Rakyat” sedikit mengambil pengaruh dari sentuhan blues rock, namun masih diiringi dengan tambourine dan ketukan drum ritmis. Tempo yang cukup lambat ini sebenarnya diisi dengan lirik yang berat. Pengulangan bar-bar yang menjadi dasar lagu, sungguh mudah menempel di pikiran. Frase “padi milik rakyat” yang terus menerus diulang juga menjadikan lagu ini layaknya antem untuk perlawanan kaum proletar. Di sisi lain, repetisi yang terjadi bisa jadi membosankan untuk didengar terus-terusan. Pengulangan tersebut terjadi selama 3 menit lagu ini ada jadi tidak mengherankan jika kamu secara tidak sadar memencat tombol next saat mendengarkannya. Secara musik, tidak terlalu banyak dinamika yang terjadi sehingga hanya lirik yang cukup vokal menyuarakan perlawanan inilah yang menjadi daya tarik utama. Agaknya lebih baik membaca lirik lagu ini secara seksama, sehingga bisa menghargai pesan-pesan yang ingin diangkat.
“Peradaban” adalah single pertama yang memperlihatkan perubahan tema dan arah yang diambil oleh .Feast untuk album mini ini. Sedikit memasukkan unsur oriental dalam musik latarnya, sebenarnya “Peradaban” mengambil formula yang hampir sama dengan “Padi Milik Rakyat” yakni memasukkan banyak repetisi dari awal hinggga akhir lagu. Namun kali ini, terdapat sedikit perubahan nada dalam verse kedua dari lagu yang menekankan pada lirik-lirik yang ada. Pesan yang terkandung dalam lagu ini cukup berat, menyinggung tentang kaum yang ingin mendominasi kaum lainnya untuk menegakkan peradaban ala mereka. Menjelang outro, “Peradaban” menyajikan empat layer berbeda dari vokal utama, backing vocal, instrumen dasar, serta instrumen pendukung yang menjadikan single ini cukup kompleks dan lepas dari jebakan repetisi yang ada di single sebelumnya. Sebagai single pertama, “Peradaban” berhasil mencuri perhatian dan bisa bertahan di playlist kami cukup lama sebelum akhirnya menjadi membosankan.
Perpaduan clap, tambourine serta permainan gitar pada lagu “Minggir!” sangat mengingatkan kami pada lagu-lagu Arctic Monkeys. Membawakan lirik-lirik dengan vokal rendah, Baskara Putera menguasai teknik ini dengan cukup baik. Nada-nada sinis nan arogan yang dipadukan dengan kata “minggir… pendapatmu tak relevan” seperti mendengarkan pendapat warganet yang diubah menjadi lagu. Lagu ini seakan mengolok-olok perspektif para warganet yang maha benar, tidak mau disalahkan, dan selalu menjunjung tinggi pendapat mereka walaupun belum tentu benar. Sedikit berubah dari pola yang tersaji di lagu-lagu pada album ini, “Minggir!” justru menampilkan kesan sederhana yang tidak perlu dianalisa terlalu dalam.
Album “Beberapa Orang Memaafkan” ditutup dengan apik dengan lagu dengan judul “Berita Kehilangan”. Lagu ini memang pantas disebut sebagai lead single dari album ini karena mewakili beberapa unsur antara lain penempatan instrumen dengan layer yang cukup padat tapi harmonis. Repetisi dari hook ‘beberapa orang memaafkan’ sungguh catchy dan tidak mungkin tidak melekat bagi orang yang pertama mendengarkan. Backing vocal serta adlib juga mendukung penuh lagu ini untuk mengakuisisi playlist The Display selama beberapa waktu. Semakin didengarkan, “Berita Kehilangan” terus menerus mengeluarkan karismanya. Dibantu dengan vokal dari Rayssa Dynta yang ternyata bisa juga menyanyi dengan power (tidak seperti proyek solonya yang cukup kalem), lagu ini ditutup dengan penggalan lagu Barasuara yang berjudul “Taifun” dengan lirik yang berhubungan dengan tema lagu.
Secara keseluruhan “Beberapa Orang Memaafkan” semakin membuat .Feast bersinar karena konsistensi yang mereka miliki mulai dari tema, musik, serta instrumen. Mendengarkan album ini seperti membawa kita pada berbagai realita kelam yang terjadi di tanah air. Menggodok isu sosial dan politik bagi musisi bisa menjadi bumerang apabila pesan yang ingin disampaikan lewat lirik terkesan setengah-setengah dan ala kadarnya hanya karena ingin merebut hati demografi tertentu. Namun menurut kami .Feast melakukan cukup banyak riset dalam pembuatan lirik serta penentuan tema, sehingga yang keluar dari penuturan serta pemilihan bahasanya pun cukup kompleks. Mereka tidak sekedar mengecam secara langsung fenomena-fenomena yang terjadi, namun mengemasnya dengan nada-nada satir serta sarkastik. Beberapa melodi serta bar berulang bisa jadi cepat membuatmu bosan akan beberapa track di album ini, tapi agaknya kamu bisa mendengarkan album ini secara keseluruhan sekali saja dan tangkap berbagai emosi dari lirik-lirik yang tersaji. “Beberapa Orang Memaafkan” sudah tersedia di berbagai layanan musik digital seperti Spotify, Apple Music, iTunes dan masih banyak lagi. Oh iya, kami sangat menyarankan untuk menikmati album ini bersama visualisasinya karena masing-masing juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda.
Penulis: Novita Widia