Monolog Sutan Syahrir SIPFest 2018“Monolog Sutan Syahrir” Sajikan Perspektif Sang Pahlawan di HUT Indonesia

JAKARTA (18/8) – Bertempat di Komunitas Salihara, HUT Indonesia terasa lebih istimewa dengan adanya sebuah gelaran bertajuk “Monolog Sutan Syahrir”. Pertunjukan isitmewa ini termasuk dalam rangkaian SIPFest 2018 yang telah berlangsung dari awal Agustus hingga tanggal 9 September nanti. “Monolog Sutan Syahrir” seperti judulnya, ialah teatrikal tunggal di mana aktor Rendra Bagus Pamungkas memerankan sosok Sutan Syahrir. Tokoh ini seringkali hanya dibahas sekilas di teks-teks sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, padahal jasanya dulu sangat besar. Ia justru dipenjara dengan tuduhan pemberontakan atau makar pada era Soekarno. Maka dari itu, teater ini ingin menunjukkan perspektif kemerdekaan di mata Sutan Syahrir dan bagaimana ia memandang demokrasi yang seringkali disalahgunakan. Perspektifnya menarik untuk dipelajari di tengah situasi politik Indonesia yang sedang dalam masa krisis toleransi. Naskah “Monolog Sutan Syahrir” diciptakan oleh Anda Imran yang juga membuat “Monolog Tan Malaka” di tahun 2015. Ia menyelami sejarah begitu pula pemikiran Syahrir dan bagaimana pendapatnya tentang agama serta golongan yang dijadikan alat politik praktis. Anda Imran mengungkapkan bahwa Syahrir memiliki kekhawatiran tentang hal ini dan sekarang perlahan mulai menjadi kenyataan.

Monolog Sutan Syahrir SIPFest 2018Sutradara Rukman Rosadi mengambil babak hidup Syahrir ketika dipenjara sebagai latar belakang utama pementasan. Monolog yang ditampilkan sedikit banyak menyentil pula kondisi politik sekarang dan menyuarakan pikiran-pikiran gamblang dari Sutan Syahrir. Tatanan cahaya di teater Salihara menambah kesakralan pementasan monolog tersebut. Rendra memberikan penampilan yang cukup prima sehingga mata penonton tidak terlepas darinya. Sayangnya bagi penonton yang awam dengan monolog,  beberapa bagian dari pementasan ini bisa jadi sedikit membosankan karena tidak adanya dialog, serta kurangnya mimik atau gestur yang dilakukan oleh sang aktor. Iringan musik yang minimal di bagian tersebut bisa jadi membuat rasa kantuk menyerang. Akan tetapi, secara keseluruhan judul ini menyajikan secuil sejarah menarik yang sengaja dihapuskan oleh oknum-oknum berkepentingan. SIPFest 2018 masih berlangsung dan program-program lain bisa kamu simak selengkapnya di website resmi Salihara.

Reporter: Intan Maharani/Editor: Novita Widia
Dokumentasi: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya