Komunitas Salihara Persembahkan Tarian Istimewa “Cablaka”
JAKARTA (9/8) – Mempertahankan eksistensi dan konsistensi selama sepuluh tahun bukanlah hal mudah, termasuk bagi sebuah komunitas seni yang berpusat di Jl. Salihara No. 16 ini. Komunitas Salihara telah resmi mencapai usia ke-10 pada bulan Agustus ini dan bertepatan dengan digelarnya agenda tahunan mereka dalam Salihara International Performance-art Festival 2018 atau lebih dikenal dengan SIPFest, sebuah koreografi berjudul “Cablaka” dipersembahkan secara khusus. Tarian ini diciptakan dengan kolaborasi bersama koreografer Otniel Tasman. Ia terinspirasi oleh tarian tradisional lengger, sebuah tarian asal kampung halamannya yakni Banyumas. Kali ini ia memadukan lengger dengan dangdut koplo yang juga menjadi tradisi masyarakat pantai utara Jawa. Ia tetap mempertahankan struktur lenggeran, musik calung, cengkok dan karakteristik vokal Banyumasan, tetapi dengan sisipan gerak dan irama dangdut yang menimbulkan kesan erotik. “Cablaka” ini seakan menjadi sebuah evolusi dari berbagai gerakan tari tradisional yang dikemas dalam format yang kontemporer.Membedah lebih jauh tari “Cablaka”, Otniel Tasman ingin menyampaikan sebuah pesan resistensi dari kesenian pinggiran. Kerap dianggap sebagai jenis seni yang lebih inferior dibandingan kesenian adiluhung, kelompok minoritas ini dimarjinalisasi. Dibawakan oleh penarik wanita dan pria, “Cablaka” seakan menjadi sebuah pertunjukan pembuktian akan kehebatan kesenian pinggiran. Otniel menyampaikannya dengan dialektik dan emosional yang disampaikan dengan sempurna oleh para penari. Baginya, lengger adalah wacana besar yang mencoba bertahan dalam gerusan modernisasi. Dipertontonkan pertama kali melalui gelaran SIPFest 2018, bukan tidak mungkin nomor ini akan ditampilkan kembali di banyak kesempatan pertunjukan baik di level nasional maupun internasional. Saat ini agenda SIPFest 2018 masih berlanjut hingga awal September dan kamu bisa mengikuti berbagai programnya melalui situs resminya. Akhir pekan ini, akan diadakan pertunjukan pembacaan naskah oleh Sita Nursanti dan Reza Rahardian dalam judul “White Rabbit, Red Rabbit”, serta pertunjukan musik dari Quasar Quatuor de Saxophones berjudul “De souffles et de machines”. Jangan sampai ketinggalan!
Reporter: Narisha Zulkarnain/Editor: Novita Widia
Dokumentasi: Witjak Widhi Cahya/Komunitas Salihara