Tani Maju Lokalitas Arema InterviewTani Maju: Antara Lokalitas, Arema dan Industri Kreatif Malang

Berbicara tentang Malang, banyak sekali aspek yang bisa dibahas mulai dari klub bola, kuliner, seni pertunjukan, musik, atau bahkan film. Dalam film garapan arek Malang yang dirilis bulan Juni lalu berjudul “Darah Biru Arema 2”, sekelumit kehidupan sebagai warga Malang digambarkan secara apik. Fanatisme terhadap klub bola seolah sudah menjadi hal yang lumrah di kota pendidikan ini. Namun, salah satu adegan yang mencuri perhatian tim The Display pada saat menontonnya ialah cameo dari grup orkes legendaris Tani Maju. Lahir dan besar di kota Malang, Tani Maju seolah menjadi duta tidak resmi dari kota ini. Melalui single-nya yang ngetren di awal 2000-an yakni “Castol”, mereka menyelipkan identitas kota Malang melalui lirik ngawur bin jenaka yang menjadi ciri khasnya. Merilis album baru bertajuk “Bed4 Topi, Miring Bersama” tahun lalu seakan menjadi pembuktian bahwa mereka masih eksis dan tetap setia pada kearifan lokal di tengah terpaan banyak band pendatang ataupun band lokal yang ingin go national. Kami berbincang-bincang singkat dengan salah satu pentolannya yakni Novan Tri, yang pada saat itu cukup menganggur untuk menjawab pertanyaan dan rasa penasaran kami.

The Display (TDP) : Apa kabar Mas Novan, gimana nih Tani Maju masih aktif manggung ya kelihatannya?

Novan Tri (N) : Ahahhahahha kabar Tani Maju ada. Kadang aktif kadang pasif….

TDP : Salah satu caranya biar aktif terus untuk ngeband gimana sih mas? Tani Maju kan terhitung sebagai band indie yang punya jam terbang tinggi. Apa harus terus bikin proyek sampingan selain ngeband aja?

N : Gak bisa aktif terus sih. Karena dalam pemakaian keseharian, ada kata aktif dan pasif (dalam kalimat). Keaktifan itu bisa dicapai dengan beberapa hal sih. Seperti proyek dan job-joban (red: manggung).

TDP : Kemarin kami lihat Tani Maju terlibat di proyek Darah Biru Arema 2, apa itu termasuk tanda aktifnya Tani Maju setelah rilis album terakhir?

N : Nah kalau itu sih sebenernya kita diajak oleh kawan baik kami. Sutradaranya Taufan sengaja mencari sosok musisi yang Malang banget dan dekat dengan Aremania, jadi Tani Maju yang dipilih. Film ini tidak hanya sepakbola saja, tapi juga kelokalan yang penting dihadirkan di dalam film. Kami setuju dan selalu support dengan hal-hal kreatif di bidang apapun. Ketika ada tawaran seperti itu datang, kenapa tidak.

Darah Biru Arema 2 ReviewTDP : Terus, bentuk partisipasi dalam film itu seperti apa?

N : Kita masuk di scene nyanyi di panggung yang digabung dengan scene kampanye save riding bersama Aremania dan Aremanita. Selain itu kita juga dimasukkan jadi soundtrack film “Darah Biru Arema 2” tapi dinyanyikan kembali sama penyanyi wanita gitu. Lagu kita juga dipakai di beberapa scene, terutama pas para suporter Arema mendukung klub kebanggaannya.

TDP : Menurut Mas Novan, pemilihan Tani Maju dalam proyek-proyek yang lokal banget gini sesuai nggak sih dengan image dari band ini?

N : Sesuai banget sih, karena Tani Maju dianggap sebagai artis top daerah dan lagunya dianggap jadi wakil atau representasi dari kelokalan. Ada adegan lagu kami dinyanyikan oleh Yuli Sumpil (red: dirijen suporter Arema) di stadion, walaupun dengan lirik yang diganti sedikit. Tapi kurang lebih nadanya masih sama. Lagu lain judulnya “Salam Tani Maju” juga dipakai dengan sedikit perubahan lirik, jadi, kurang cocok apa lagi image kami dengan Arema serta Malang.

TDP : Kalau misal jadinya diasosiasikan dengan image Arema begitu jadinya terbebani atau bangga Mas?

N : Kalau terbebani tidak lah, Tani Maju nggak punya beban selain badan personil yang mulai gemuk-gemuk semua. Tani Maju bangga dengan apapun yang sudah dicapai. Termasuk semua apresiasi teman-teman dari lini bidang kreatif apapun. Toh kita juga saling mendukung demi kemajuan bersama.

TDP : Setelah lihat hasil akhirnya, kira-kira film Darah Biru Arema 2 tadi sudah cukup Malang banget nggak menurut Mas Novan?

N : Cukup bisa. Karena genrenya keluarga dan mudah dicerna. Cocok untuk ditonton semua usia juga haha….

TDP : Setelah proyek sampingan ini tuntas, gimana langkah Tani Maju setelahnya apalagi habis rilis album “Beda Topi, Miring Bersama”?

N : Biasanya kalau sudah miring, ambruk alias ndlosor hahahahaha. Kita mempertahankan miring permanen ini kelihatannya tantangan. Masih banyak proyek dari TM yang belum terealisasi. Seandainya sehari ada 58 jam mungkin bisa kita memikirkan kelanjutannya.

Tani Maju Lokalitas Arema InterviewTDP : Hahahaha…. sebagai senior sendiri di dunia musik lokal Malang, ada pesan-pesan atau wejangan buat juniornya?

N : Aku rasa band-band Malang sekarang sudah apik-apik dan siap bersaing di nasional ataupun internasional. Mereka sudah melek industri jadi jangan ada wejangan di antara kita… hahahahaha.

Setelah interview selesai, Novan pun melanjutkan kesehariannya sebagai pengajar sastra sekaligus pengajar kehidupan bagi jiwa-jiwa musisi tersesat di kota Malang. Tidak bisa dipungkiri mereka sudah menjadi simbol bagi kota ini dan tidak malu untuk mengakui kelokalan mereka. Album Tani Maju “Bed4 Topi, Miring Bersama” tidak bisa kamu dapatkan dalam format kepingan CD di toko-toko bangunan, melainkan toko-toko rilisan fisik.