Barasuara Bawakan Materi Baru dan Nasionalisme di Panggung WTF 2018
JAKARTA (21/7) – Menjadi salah satu musisi dalam negeri yang tampil di panggung utama We The Fest 2018 merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Barasuara. Grup band yang digawangi oleh Iga Massardi, Gerald Situmorang, TJ, Puti Chitara, Asteriska dan Marco Steffiano ini tampil prima di hadapan ribuan penonton yang hadir di hari kedua WTF 2018. Mengenakan kostum panggung khas Barasuara, mereka menggebrak dengan “Sendu Melagu” yang diambil dari album debut mereka “Taifun”. Ada sesuatu yang menarik untuk dibahas dari aksi panggung mereka yakni adanya 4 materi baru yang ditampilkan.
Lagu baru ini memang sudah dijanjikan oleh Iga Massardi untuk ditampilkan di festival garapan Ismaya Live ini melalui sosial media. Keempatnya masih membawa nafas yang hampir sama dengan materi di album “Taifun”. Tentu saja, liriknya cenderung metaforik dengan interpretasi yang bisa dimaknai cukup luas. Tembang- tembang tersebut berjudul “Seribu Racun”, “Pikiran dan Perjalanan”, “Tirai Cahaya” dan “Guna Manusia”. Mendengarkan materi baru Barasuara di tengah lautan manusia membuat kami berpikir bahwa album berikutnya tidak perlu dikhawatirkan. Penonton tampak antusias dan ikut bergoyang mengikuti irama lagu-lagu baru ini walau tentu saja belum akrab dengan liriknya.
Barasuara tampil sebagai musisi Indonesia terakhir di panggung WTF hari kedua sebelum para musisi internasional mengambil alih. Pada kesempatannya Iga Massardi mengucapkan terima kasih karena telah membuat mereka merasa seperti raja di negeri sendiri. Tampil untuk kesekian kalinya di WTF tidak menyurutkan langkah penonton untuk memadati area tersebut. Setlist ditutup dengan “Api dan Lentera”,m diwarnai aksi Iga Massardi yang turun ke panggung menyempatkan untuk menaiki barikade penonton untuk membakar semangat. Gerakannya nampak seperti akan melakukan crowd surf, tapi sayangnya crowd WTF bukan demografi yang tepat untuk gerakan khas rockstar tersebut.
Setelah usai, grup ini tidak langsung turun dari panggung. Mereka ikut memandu penonton menyanyikan lagu “Indonesia Raya” yang ditampilkan sebagai syarat wajib sebelum musisi internasional muncul di panggung. Aksi ini layaknya pengingat bagi para penonton untuk terus mencintai dan menghargai karya anak dalam negeri, walaupun memiliki minat dengan musik mancanegara.