Protomartyr Live in Jakarta Interview
Protomartyr
Protomartyr di Jakarta: Masakan Lokal, EP Kolaborasi & Menggebrak Rossi Musik

JAKARTA (21/6) – Konser Protomartyr Live in  Jakarta memang telah berlalu, namun memori kami sewaktu berbincang-bincang dengan Joe Casey dan kawan-kawan masih terasa segar di ingatan. Sebagai salah satu destinasi terakhir dalam tur mereka, Indonesia menyambut hangat kedatangan band post-punk asal Detroit ini di Jakarta. 630 Recordings dan Winona Tapes memboyong mereka di Rossi Musik Fatmawati dan kami berkesempatan untuk mengobrol santai dengan dua orang personil Protomartyr. Yuk simak obrolan singkat The Display bersama band yang ternyata sangat menikmati masakan Indonesia…

The Display (TDP) : Halo Protomartyr, apakah ini pertama kalinya kalian datang ke Indonesia? Apa yang ada di bayangan kalian sebelum datang ke Jakarta?

Joe Casey (J) : Ya, saya tidak memikirkan apa-apa, tetapi ini merupakan suatu kesempatan langka yang bisa kami dapatkan. Saya suka Indonesia, saya suka makanan khas Indonesia, dan saya suka orang-orang Indonesia, karena ramah, saya dan teman-teman yang lain pun juga sempat mencicipi beberapa masakan-masakan Indonesia yang disediakan di sini oleh para panitia.

Untuk perform di Indonesia, pastinya ini merupakan kesempatan pertama kami untuk bisa menjajal panggung di Jakarta, Indonesia, apalagi saya mendengar bahwa para pencinta post-punk di Indonesia juga sangat diminati.

Protomartyr Live in Jakarta Interview
Joe Casey

TDP: Senang sekali mendengar kalian sangat menikmati Jakarta. Oh ya, album terbaru kalian yang berjudul “Consolation EP” sangat meledak di pasaran, tepatnya beberapa bulan terakhir. Apa yang membedakan dari album-album sebelumnya?

Greg Ahee (G): Pada “Consolation EP” tentunya sangat berbeda dari proyek sebelumnya, karena kami (Protomartyr) dibantu oleh beberapa orang hebat di dalamnya dan juga teman dekat kami. Selain itu kami mengajak musisi lain seperti Kelley Deal (gitari dari The Breeders) untuk berkolaborasi pada EP kami yang sekarang ini yang membuatnya terdengar begitu spesial.

TDP: Sebagai band post-punk, bagaimana cara Protomartyr untuk terus berkembang di era sekarang ini? Apakah kalian pernah terpikirkan untuk menggabungkan genre lain atau ingin bereksperimen dengan instrumen?

G : Meskipun kita bergenre post-punk, menurut saya ini merupakan hal yang menarik.  Saya juga ingin mencoba untuk menggabungkan beberapa instrumen dan elemen lain yang belum pernah kami coba sebelumnya. Salah satunya, seperti mengajak Kelley Deal untuk album terakhir. Kalian juga bisa mencoba elemen-elemen maupun gimmick-gimmick lain yang bisa kalian gabungkan dalam satu wadah, lakukan apapun yang bisa kamu lakukan.

J : Ya, tentunya kami ingin mencoba untuk mencoba elemen-elemen maupun gimmick lain atau kami juga terkadang mencari sumber-sumber lain yang bisa kami coba dalam bermusik bersama Protomartyr. Sebenarnya meskipun kita bergenre post-punk, tetapi tidak menutup kemungkinan jika kita akan mencoba hal baru yang belum pernah terbayagkan sebelumnya.

Protomartyr Live in Jakarta Interview
Greg Ahee

Tak lama setelah interview selesai, kami pun juga sangat excited untuk menikmati penampilan Protomartyr langsung di lantai 1 Rossi Musik Jakarta pada malam Kamis, 21 Juni 2018 yang lalu. Tak disangka, ternyata acara ini sukses dibawakan dan membuat seisi ruangan bergoyang serta berkeringat dalam irama post-punk yang mereka sajikan. Seolah tak mengurungkan niat para fans yang hadir pada malam itu, Rossi Musik Jakarta pun dipenuhi oleh berbagai macam kalangan, tak jarang juga yang masih mengenakan kemeja selepas pulang kerja karena diadakan pada weekday. Pada malam hangat lalu, acara Protomartyr Live in Jakarta pun dibuka oleh band indie lokal yakni, Crayola Eyes dan The Porno sebelum Protomartyr berhasil mengambil alih seisi panggung Rossi Musik pada malam itu.

Interviewer & Dokumentasi: Narisha Zulkarnain/Editor: Novita Widia