Kelas Akting Salihara Report
Kelas Akting 1
Kelas Akting Salihara Hadirkan Empat Naskah Pendek Disutradarai oleh Rukman Rosadi

JAKARTA – Dalam dua hari berturut-turut dari tanggal 7 – 8 April 2018, Kelas Akting Salihara dihelat untuk kesekian kalinya oleh Komunitas Salihara. Diawali dengan edisi pertama di tahun 2015, Kelas Akting Salihara di tahun 2018 terbagi menjadi dua kelas yakni Kelas Akting 1 dan 2. Kelas Akting 1 terdiri dari para pemain baru yang pertama kali menjajal pentas teater di Salihara, sedangkan Kelas Akting 2 berisi para pemain lama yang telah berpartisipasi dalam gelaran di tahun sebelumnya. Rukman Rosardi yang merupakan sineas asal Yogyakarta menulis beberapa naskah serta menyutradarai pementasan dari kedua kelas akting ini. Rosardi memiliki track record yang cukup panjang dalam dunia perfilman setelah membintangi berbagai judul seperti “Negeri Tanpa Telinga” (2014), “Istirahatlah Kata-Kata” (2016), dan “Ziarah” (2017). Pada hari Sabtu, 7 Apil 2018 Kelas Akitng 1 mendapatkan kesempatan untuk mementaskan judul “Sketsa Yang Hilang dan Tersisa”. Di dalamnya, para pemain menghidupkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Pementasan selama 60 menit  ini mampu membawa sentimen nostalgis yang membuat para penonton tersentil oleh peristiwa-peristiwa di dalamnya.

Kelas Akting Salihara Report
Kelas Akting 1
Kelas Akting Salihara Report
Kelas Akting 2

Pada hari berikutnya, 8 April 2018, Kelas Akting 2 mengambil alih panggung selama 90 menit. Bertajuk “Rendesvouz Empat Kisah Cinta”, ada empat judul naskah yang dipentaskan. Dalam “Perangkap” (The Web), terdapat kisah seorang ibu pengidap tuberkulosa yang menjadi pelacur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia kemudian bertemu pemuda yang membuatnya sadar bahwa tidak diperlukan uang atau nafsu untuk memenuhi kepuasanmu. “Tempat Istirahat” (Resting Place) mengisahkan sejoli senior yang terpaksa beristirahat di sebuah makam ketika menempuh sebuah perjalanan. Hidup tidak hanya dipenuhi oleh kisah-kisah bahagia namun juga kekecewaan, kemarahan, dan masih banyak lagi. Dilanjutkan dengan “Sahabat Terbaik”, sepasang kekasih yang baru menikah menjalani bulan madu mereka namun dipenuhi kerisauan akan petugas hotel yang mungkin mengganggu mereka. Naskah terakhir berjudul “Silver Wedding” mengisahkan bahwa pernikahan berumur panjang belum tentu menjamin kebahagiaan. Naskah-naskah yang ditampilkan dalam pementasan ini menjadi medium yang tepat untuk sarana berlatih bagi peminat dunia akting dan dalam kacamata penonton, sangat menyenangkan melihat bertambahnya ilmu teater para peserta.

Kelas Akting Salihara Report
Kelas Akting 2

Dokumentasi: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya