Three Billboards Outside Ebbing, Missouri
Three Billboards Outside Ebbing, Missouri
Review: Three Billboards Outside Ebbing, Missouri Menghadirkan Kisah Pahit Perjuangan Seorang Ibu

Film pemenang penghargaan Golden Globes untuk “Best Motion Picture”, “Three Billboards Outside Ebbing, Missouri” bisa dibilang mempunyai formula yang tepat untuk menarik simpati para penonton termasuk juri ajang penghargaan tersebut. Film ini juga digadang-gadang untuk menyabet penghargaan tertinggi di Oscar tahun ini di kategori Best Picture. Lalu, apa yang membuatnya istimewa? Film ini mampu menguras emosi dan menjadikan dark humor atau black comedy sebagai latar belakangnya. Martin McDonagh sebagai sutradara lagi-lagi memasukkan ciri khasnya dengan menaruh banyak komedi satir yang mampu membuat kuping mereka yang tidak terlatih gampang panas. Unsur kriminal dan drama juga dimasukkan untuk menambah kekompleksan cerita yang dibangun oleh sutradara ini. Sebelumnya ia juga terkenal menyutradarai film sejenis seperti “In Bruges, The Guard & Seven Psychopaths”. Kali ini, Frances McDormand dipilih sebagai tokoh utama yang memerankan sosok seorang ibu bernama Mildred Hayes.

Three Billboards Outside Ebbing, Missouri
Three Billboards Outside Ebbing, Missouri

Mildred Hayes harus mengalami kenyataan pahit bahwa putri kesayangannya dibunuh. Ia pun bertekad untuk menemukan pembunuh putrinya dengan cara pertama yakni lapor ke polisi. Sekian lama berlangsung, kinerja polisi yang lambat dan terkesan tidak acuh membuatnya geram. Mildred memasang tiga billboard di kota ia tinggal karena menganggap aparat kepolisian tidak becus dalam menangani kasus pembunuhan putrinya. Ia memasang pesan provokatif yang ditujukan kepada Sherriff Bill Wiloughby (Woody Harrelson). Peran ini menunjukkan sisi lembut namun tegas dari seroang ibu yang diperankan secara sempurna oleh Frances McDormand. Dibandingkan karya-karya sebelumnya, Martin McDonagh lebih mengeksplor sisi emosional dalam film ini dan mengatur tempo cerita slow burn. Meskipun terkesan lambat untuk sampai pada klimaks, film ini tetap menarik untuk ditonton dan semakin menegaskan bahwa film dengan peran utama wanita akan merajai perfilman tahun ini.

Reviewer: Bonifasius Eiji/Editor: Novita Widia