The Killing of A Sacred Deer ReviewReview: The Killing of A Sacred Deer Menyajikan Balas Dendam yang Artistik

Konsep pembunuhan bermotifkan balas dendam seringkali menjadi plot utama dari sekian banyak film bergenre thriller atau kriminal. Premis yang sama bisa dihadirkan dan ditampilkan dengan menarik apabila ditangani oleh sutradara dan penulis naskah yang tepat, contohnya revenge murder plot yang ciamik bisa kamu tonton di “Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak”. Di awal tahun 2018, sebuah film dengan genre thriller karya Yorgos Lanthimos siap memukau penonton dengan ceritanya yang kejam namun indah di saat yang sama. Kok bisa? Sutradara yang juga meracik cerita film indie apik di tahun 2016 “The Lobster” memadukan banyak estetika dalam cerita yang bisa dibilang sedikit berbau supernatural dan klenik. “The Killing of A Sacred Deer” bercerita tentang dr. Steven ( Colin Farrell) seorang kardiologis yang bertemu seorang anak bernama Martin (Barry Keoghan). Barry yang ayahnya telah meninggal, kini hidup berdua dengan ibunya. Martin dan dr. Steven menjadi dekat, bahkan mereka menghabiskan waktu untuk makan malam bersama keluarga Steven yang terdiri dari istrinya, Anna (Nicole Kidman), dan dua orang anaknya Kim (Raffey Cassidy) dan Bob (Sunny Suljic). Tidak disangka perkenalan mereka adalah awal dari berbagai kejadian mengerikan yang akan menimpa keluarga Steven. Martin memiliki dendam pribadi terhadap dr. Steven dan berencana mengutuk semua anggota keluarganya dengan kemampuan supernaturalnya, yang bekerja seperti santet.

The Killing of A Sacred Deer ReviewColin Farrell menampilkan peran sebagai seorang dokter dan ayah yang panik dengan sangat baik. Aktingnya dengan lawan main yakni Nicole Kidman terlihat alami dan ini merupakan kedua kalinya mereka terlibat dalam satu proyek di tahun 2017 setelah merampungkan “The Beguiled”. Barry Keoghan yang memerankan Martin, mampu menyajikan performa yang apik di depan lawan main yang bisa dibilang jauh lebih senior. Sebelumnya aktor ini juga sukses mendapatkan peran di film besutan Christopher Nolan berjudul “Dunkirk”. Memang plot di film ini tidak seunik “The Lobster”, karena toh fenomena ini juga sering ditemukan di negara kita. Namun sutradara Lanthimos tetap menghadirkan suasana mencekam dan penuh suspense dalam scene-scene yang ditampilkan. Menonton film ini mengingatkan kami akan karya klasik Stanley Kubrik yang berjudul “Eyes Wide Shut”. “The Killing of A Sacred Deer” sudah mulai ditayangkan di bioskop Indonesia jaringan Cinemaxx mulai hari ini, 3 Januari 2017.

The Killing of A Sacred Deer Review

Reviewer: Bonifasius Eiji/Editor: Novita Widia