Rest In Print: Inilah Beberapa Media Indonesia yang Berhenti Cetak di 2017
Era sekarang jamak disebut sebagai era digital sekaligus era informasi. Semua informasi yang dulunya hanya terdapat di media cetak seperti buku, buletin, majalah, atau koran telah berpindah platform ke ranah digital. Teknologi membawa angin segar bagi berbagai pihak, namun di sisi lain merupakan kabar buruk bagi beberapa media yang mengandalkan perputaran ekonominya pada publikasi cetak. Sebagai generasi yang tumbuh di tahun 90-an, memang sedih sekali melihat majalah-majalah favorit harus tutup buku karena satu dan lain hal. The Display ingin mendedikasikan artikel ini untuk para pahlawan cetak yang terus berjuang hingga akhir napas mereka. Kalian berjasa, kalian selalu diingat, apapun bentuk kalian dulu dan nanti, kami pernah menemukan musik baru, style terbaru, dan tips keren di dalam tulisan-tulisan kalian. Inilah daftar media-media cetak yang sayangnya harus menjadikan tahun 2017 sebagai tahun terakhir publikasi mereka.
1. Rolling Stone Indonesia
Melihat nama Rolling Stone terpampang di suatu acara kurang lebih memberikan jaminan mutu bahwa acara tersebut keren dan worth-watching. Musisi-musisi yang pernah diwawancara, musiknya diulas atau karyanya masuk ke dalam radar outlet ini pasti pernah merasakan kebanggaan tersendiri. Kabar mengejutkan datang di penghujung tahun 2017 ketika secara serentak, jajaran jurnalis dari Rolling Stone Indonesia mengumumkan bahwa mereka tidak lagi bekerja di media yang merupakan lisensi dari majalah Rolling Stone di New York, AS. Lewat pengumuman yang diunggah pada tanggal 1 Januari 2018, disebutkan bahwa PT a&e Media selaku pemegang lisensi resmi dari brand majalah tersebut tidak lagi mencetak publikasi di bawah nama Rolling Stone, pun tidak lagi bergerak dalam bentuk digital dari media tersebut. Kafe Rolling Stone yang terletak di bilangan Kemang pun telah berhenti beroperasi terlebih dahulu sejak Mei 2017. Entahlah, mereka tidak memberikan alasan spesifik dari bubarnya media yang telah berkarya selama 12 tahun ini. Lisensi yang telah dikembalikan kepada pemilik merk dagangnya di Amerika bisa saja dibeli kembali oleh perusahaan lain di Indonesia, yang jelas kami sungguh kehilangan salah satu kiblat publikasi budaya pop dan musik di Indonesia ini.
2. Majalah HAI
Majalah HAI sedikit banyak merupakan perkenalan pertama para generasi X, Y, dan Z Indonesia dengan musik, film, dan figur yang tengah naik daun. Majalah remaja pria yang telah berkiprah dari tahun 1977 ini banyak diidolakan oleh kalangan anak SMA di masanya. Majalah HAI yang juga mempunyai versi digital berupa website akhirnya memutuskan bahwa edisi Juni 2017 merupakan majalah terakhir yang mereka cetak. Meskipun tidak lagi mencetak majalah, HAI tetap beroperasi dalam dunia digital. Mereka juga menjanjikan konten-konten yang lebih menarik namun tetap mempunyai ciri khas kuat sebagai majalah HAI. Pada edisi terakhirnya, media yang bernaung di bawah grup Kompas Gramedia yang biasanya menampilkan seleb terkenal sebagai covernya, memberikan suatu sampul depan yang cukup powerful berjudul “We Need More Space”. Di dalamnya, redaksi menuntun para pembaca untuk berinteraksi melalui gadget mereka dengan memindai barcode yang tertera. Cukup cerdas kan?
3. Cosmo Girl Indonesia
Cosmo Girl merupakan salah satu anak media yang bernaung di bawah grup Mugi Rekso Abadi (MRA) yang juga bergerak di bidang retail. Majalah ini merupakan majalah lisensi dari induknya yang berada di Amerika Serikat. Versi AS-nya telah berhenti cetak di akhir tahun 2008, namun nasib yang sama harus dialami oleh Cosmo Girl Indonesia. Majalah ini menempatkan segmentasi mereka pada remaja perempuan dan banyak memuat tentang self-help tips, popular cultures, dan current issues and trends. Pada masa kejayaannya, majalah ini juga sering memberikan goodies yang di bundle dengan terbitan majalah mereka. Cosmo Girl Indonesia sebenarnya telah melakukan integrasi digital dengan membuat website, dan konten lainnya seperti vlog yang diunggah di Youtube. Namun, tidak terelakkan lagi bahwa nasib media cetaknya harus berakhir di tahun 2017. Tidak begitu jelas apakah Cosmo Girl Indonesia akan bertransisi menjadi media digital karena melalui website dan Instagram, redaksi tetap menggunggah beberapa konten pasca edisi terakhir namun lebih mengarah pada konten editorial/advertising yang mungkin telah diatur lewat kontrak terdahulu.
4. Esquire Indonesia
Esquire adalah majalah pria urban yang juga berada di bawah naungan grup MRA. Majalah yang berpusat di Amerika Serikat ini merupakan kiblat bagi para pria urban berusia 20 – 40 tahun, terutama dalam segi fashion dan lifestyle. Majalah ini merupakan majalah pria high-end yang sering malang melintang di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Esquire membentuk suatu image pria yang mapan, berpenampilan menawan dan menjadi pusat perhatian lewat editorialnya. Membaca Esquire seakan memberikan kesan elegan, seperti versi pria dari majalah Harper’s Bazaar atau Dewi. Selain menampilkan deretan pria-pria sukses dari dalam maupun luar negeri, majalah ini juga sering memberikan spot bagi wanita-wanita seksi untuk menghiasi sampul depan. Majalah Esquire Indonesia secara resmi memberhentikan publikasi cetaknya per Desember 2017. Pada cover terakhirnya, Esquire menampilkan Penelope Cruz yang berpose seksi di ranjang. Seperti Cosmo Girl Indonesia, Esquire juga masih aktif dalam versi digital untuk memuat konten editorial/advertising.
5. For Him Magazine Indonesia (FHM)
FHM adalah majalah bulanan pria terkemuka dari Inggris, yang lisensi Indonesia-nya telah dibeli oleh grup MRA. Mulai diterbitkan sejak 2003, FHM Indonesia menampilkan wanita dalam berbagai busana minimalis sebagai bintang dari majalah mereka. Majalah pria dewasa ini kerap menampilkan bintang adult video atau model panas dalam editorialnya, baik untuk wawancara atau sekedar sesi foto yang bisa dibilang bisa membuat jantung para pria berdetak kencang. Dilansir dari Jawa Pos, redaksi majalah FHM telah berhenti beroperasi sejak November 2017. Pada akhirnya, FHM Indonesia bulan Desember yang menampilkan bintang syur asal Jepang, Maria Ozawa sebagai cover, menjadi perpisahan media cetak ini dari tanah air. Mereka juga mengumumkan bahwa mereka tidak akan meneruskan media tersebut dalam versi digital. FHM UK pun telah mendahului berhenti cetak sejak tahun 2016.
6. Maxim Indonesia
Sebelum FHM, salah satu majalah sejenis yang juga berada di bawah grup MRA, Maxim Indonesia juga tutup usia pada Agustus 2017. Pada edisi terakhirnya, Maxim Indonesia memberikan suguhan istimewa berupa double cover yang menampilkan Brianna Simorangkis dan Jessica Gomes. Edisi ke-140 dari majalah tersebut mengangkat berbagai isu selain kedua wanita seksi tersebut, yakni kemungkinan pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta. Dalam sinopsis cetakan terakhirnya yang dimuat di website, redaksi Maxim mengungkapkan harapan terakhirnya, “Semoga edisi terakhir MAXIM Indonesia ini berkenan di hati para pembaca semua dan tetap hidupi #thismaximlife dalam keseharian Anda.”
7. NYLON Indonesia
NYLON bisa dibilang memiliki faktor edgy dibadingkan dengan publikasi majalah sejenis. Di bawah MPG Media yang memegang lisensi resmi dari NYLON yang berpusat di New York, NYLON Indonesia menghadirkan alternatif segar di bidang fashion, musik dan tren terkini. Fashion editorial, pilihan musik dan film, ataupun acara yang diulas seringkali berbeda dari media lain. NYLON is like that indie girl that looks so effortlessly cool. Di tahun sebelumnya, yakni 2016, NYLON Guys Indonesia telah lebih dulu undur diri dari dunia majalah Indonesia. NYLON Indonesia mempublikasikan edisi terakhirnya di bulan Juni 2017 dengan menampilkan model yang sedang naik daun, Natalie Ludwig, sebagai cover. Tapi kamu bisa sedikit lega, NYLON Indonesia tetap beroperasi dalam ranah digital melalui website dan sosial media mereka.
8. Majalah Commando
Majalah Commando yang memuat tentang dunia militer dan angkatan bersenjata, menyatakan gulung tikar per Juni 2017. Majalah di bawah grup Kompas-Gramedia ini menerbitkan edisi terakhirnya di bulan April 2017. Karena diputuskan untuk berhenti cetak, redaksi mengunggah post perpisahan via Instagram. ” Semoga dengan ditutupnya Majalah Commando ini tidak menyurutkan minat kita untuk membaca dan memahami soal-soal kemiliteran dan kepolisian,” tulis redaksi Commando dalam unggahan terakhir majalah tersebut. Majalah Commando telah terbit selama 13 tahun, yakni pada 2004 lebih tepatnya sebelum berhenti cetak.
Tahun 2008, majalah High End Teen tercipta untuk menarik segmen remaja dari majalah yang telah ada sebelumnya yakni High End Magazine. Media milik MNC group ini merupakan majalah berbahasa inggris dengan segmentasi middle-high. Majalah ini memuat berbagai segmen seperti musik, kuliner, film, lifestyle dan lain-lain. Pada bulan Juli 2017, majalah High End Teen yang menempatkan bintang pop dunia Katy Perry pada sampulnya, menyatakan inilah cetakan terakhir majalah mereka. Hingga saat ini, HET tetap aktif dalam ranah digital terutama melalui sosial media dan website.
Grazia adalah majalah fashion asal Italia yang lisensinya dimiliki oleh Femina Group di Indonesia. Majalah Grazia Indonesia memutuskan untuk berhenti cetak pada bulan Agustus 2017. Dalam sampul terakhirnya, penyanyi Eva Celia terpilih untuk menjadi model, Grazia mengangkat isu nasionalisme dalam editorialnya. Website dan sosial media milik Grazia Indonesia hingga kini tetap aktif meskipun tidak lagi melepas terbitan cetak.
11. Tabloid BOLA dan Bola Vaganza
Penggemar sepakbola di tanah air patut bersedih karena Tabloid BOLA mengumumkan bahwa mereka akan berhenti cetak di tahun 2018. Saat artikel ini ditulis yakni tanggal 17 Oktober 2018, melalui akun resmi Instagramnya, tabloid rujukan penggila si kulit bundar ini masih menyisakan dua edisi yang siap edar. Kedua edisi tersebut dijadwalkan untuk terbit pada tanggal 19 dan 26 Oktober 2018. Majalah bulanan yang masih berada dalam satu naungan, yakni Bola Vaganza juga dikabarkan akan tutup cetak dengan edisi terakhir di bulan Oktober. Tabloid BOLA menjanjikan edisi terakhirnya istimewa dengan semua halaman dietak full color dan berisikan 56 halaman. Adios BOLA, you will be missed!
12. Tabloid Cek & Ricek
Mereka yang tumbuh di era 90-an pasti familiar dengan acara infotainment Cek & Ricek. Program ini ternyata juga mempunyai divisi media cetak yang mempublikasikan tabloid mingguan yang telah bertahan selama 21 tahun. Per tanggal 23 April 2019, mereka mengumumkan bahwa tabloid Cek & Ricek tidak lagi turun cetak dan menjadikan edisi terakhirnya sebagai sebuah perpisahan kepada pembaca setia. Cek & Ricek masih memiliki situs online yang juga memuat berita di dunia hiburan Indonesia yang tetap bisa diakses hingga sekarang.
Selain beberapa media cetak di atas, beberapa media lain berupa majalah atau tabloid juga melakukan penyesuaian yang cukup ekstrim untuk keep up with the fast-paced digital life. GoGirl! Magazine mengumumkan bahwa mereka tidak lagi terbit per 1 bulan, melainkan dua bulan sekali. Sedangkan beberapa media lain mulai megambil ancang-ancang untuk menjadi media digital sepenuhnya. Apakah ini menandakan akhir dari era media cetak? We surely hope it is not.
Thanks to: Admin @IndonesiaMagazine on Instagram and Twitter