Udah Tua Masih Nge-Gig? Why The Hell Not?
Photo Credit: LA Times
Udah Tua Masih Nge-Gig? Why The Hell Not?

Banyak yang mengindentikkan gig, konser, ataupun skena indie dengan anak muda. Band-band didirikan oleh anak muda, ditonton oleh anak muda, dan gig nya diinisiasi oleh anak muda pula. Lalu dimana tempat angkatan-angkatan tua berada? Band-band gaek masih membawa semangatnya untuk tampil dan menggebrak di panggung, bahkan band seperti The Rolling Stones saja masih tampil di Desert Trip, festival musik versi senior dari Coachella. Salahkah apabila masih ingin crowdsurf, moshing dan mendengarkan musik-musik baru di acara underground setempat? Sudahkah waktunya Anda gantung gitar, bass, stik drum, terompet atau apapun itu karena merasa sudah tua? Eits, jangan keburu pesimis karena skena tidak mengenal usia. Teman kantor Anda boleh saja hobi berkebun, main saham, berternak lele, lalu mengapa nge-gig tidak?

  1. Sering nge-gig berpengaruh pada indeks kebahagiaan

Dalam studi terbaru yang dilaksanakan oleh Victoria’s Deakin University pada 1000 responden di Australia, ditemukan fakta bahwa orang yang lebih sering nge-gig memiliki tingkat kebahagiaan dalam hidup yang lebih besar dibandingkan mereka yang jarang atau tidak pernah. Dilansir dari artikel Consequence of Sound pada penelitian yang sama, mendengarkan musik secara bersama-sama menjadi bagian penting dari aspek sosial menurut studi tersebut. Selain mendengarkan musik, menyanyikan lagu favorit bersama-sama di sebuah konser terbukti jadi salah satu pelampiasan paling efektif untuk melepas stres. Tidak peduli suara Anda fals, serak, ataupun Anda buta nada. Siapa tau sering-sering nge-gig bikin jadi awet muda?

Udah Tua Masih Nge-Gig? Why The Hell Not?
Photo Credit: LA Times
  1. Produktif bermusik sampai usia lanjut = Mematahkan mitos

Masih dari studi yang sama, sayangnya indeks kebahagiaan musisi tidak sama dengan mereka yang sekedar menonton. Mayoritas musisi memiliki umur pendek dan sering dihinggapi depresi, anxiety dan berbagai hal lainnya. Dengan bermusik sampai tua berarti Anda berkontribusi dalam mematahkan mitos bahwa musisi mati muda. Ciptakan musik dan tampil di berbagai kesempatan meskipun terkadang fisik Anda berteriak hentikaaaan. Selama masih ada pendengar dan penonton, berarti musik Anda masih diapresiasi oleh khalayak ramai. Boleh saja turun panggung ketika pasar telah berubah, selera berevolusi, dan idealisme luntur. Tapi ERK bilang pasar bisa diciptakan, so what’s the point of giving up too early?

Udah Tua Masih Nge-Gig? Why The Hell Not? - The Rolling Stones
Photo Credit: The Rolling Stones
  1. Sharing pengalaman dengan generasi baru

Anda boleh saja penemu dan dedengkot skena, tetapi tidak untuk selamanya karena waktu terus berlanjut dan wajah-wajah baru yang lebih segar terus bermunculan. Akan tetapi hal tersebut bukan indikasi untuk berhenti, lihatlah sebagai sebuah kesempatan untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan cerita. Biasanya generasi senior lekat dengan pemikiran yang kuno dan tidak terbuka, maka posisikan diri Anda setara dengan adik-adik indie ini. Tidak selalu mindset Anda benar dan sesuai dengan jaman yang ada. Bertemu dengan anak-anak muda di sebuah gelaran adalah kesempatan untuk mencermati perkembangan musik indie baik level lokal atau nasional. Terkadang Anda bisa mendapat referensi musik baru dengan rutin nge-gig loh. Sebaliknya Anda bisa sesumbar karena lahir di tahun yang sama dengan munculnya band favorit mereka misalnya Sex Pistols!

Anda tidak dilarang untuk membawa anak serta istri/suami pada saat nge-gig. Karena sebuah hobi akan terasa lebih syahdu ketika didukung oleh orang-orang tercinta. Malah lebih bagus apabila hobi nge-gig Anda menghasilkan sesuatu yang positif seperti bertambahnya network, menyalurkan amarah pada bos dengan stage dive, dan lain-lain. Jadi om dan tante, ada agenda nge-gig apa weekend ini?

Udah Tua Masih Nge-Gig? Why The Hell Not?
Photo Credit: LA Times